Sabtu, 27 Februari 2010

ikrar di hadapan si Jago Merah

kami rasakan panasnya api dunia...

panas membara,
kulit kami mengeluh kepanasan,
satu jam saja kami berdiri disana,
mungkin sosok kami yang keren dan imut2 ini akan meleleh..
musnah dijilat si jago merah..
panasnya api ini tidak berkurang,
walau kami harus merasakannya bersama,
berdiri gagah menantang si jago merah
"ternyata api dunia panas ya bro,,gimana dengan api neraka..?"

oke, panasnya api ini..menjadi bukti bahwa kami tak sanggup mencoba, berkhayal, atau bahkan bermimpi untuk merasakan panasnya api neraka...
kami berharap ukhuwah kami tidak musnah dilalap api,
walau kami tahu api itu sangat panas,
dan bisa dengan mudah melumat kami...
menjadi abu..

maka, di depan panasnya api ini,
kami berikrar untuk selalu menjaga ukhuwah ini
kami tidak ingin ukhuwah kami musnah dilumat api..
dan berujung pada tempat yang sangat panas dari tempat kami berdiri ini,
panasnya api ini belum seberapa,
dibanding panasnya NERAKA..




janji ya, untuk tidak bertemu di neraka.......amiin..:)


Aqil El Banna,

dalam foto : Heri, Rizal, Aqil El Banna, dede santoso,
diambil waktu jalan2 ke rumah Abu Arib di cilengsi..sang komandan,

iseng

 
hmm....senyumku di pagi hari..:)

Kamis, 25 Februari 2010

Akhirnya blogku punya wajah baru...:)

 hufhh.....setelah susah payahh, akhirnya berhasil juga mengganti template blogku. 

aku selalu iri kalo melihat blog temen- temenku yang terlihat sangat unik dan cantik. Enak banget menelusuri blog- blog yang tampilannya menarik. bikin betah dan menggoda kreativitas kita..

aku masih baru nyemplung di dunia blog ini . jadi belum terlalu familiar terhadap blog ( jadul bgt ya ), setelah menulis menjadi bagian dari hidupku dan menganggap menulis adalah aktivitas yang sangat mengasyikan. maka aku tertarik memiliki blog, sebagai wadah kebebasan ekspresiku....ahhh, andai saja aku tahu  dari dulu kalo sangat mengasyikannya ngeblog...mungkin sekarang aku ngga akan segoBLOG ini..hehehe..

kemaren aku nyoba buat ganti , nyari petunjuk kesana kemari.

aku nanya sama paman Google, Cara mengganti Template blog ?
maka keluarlah jawaban seperti ini,,






  1. Cara Mengganti Template Blogspot - Yudhitech DotCom

    Pada tulisan ini saya kembali akan mengulas cara mengganti template blogspot atau blogger dengan cara yang paling ampuh. Paling tidak cara ini adalah cara ...
    www.yudhitech.com/cara-mengganti-template-blogspot/ - Tembolok - Mirip



  2. Ganti Template Blogspot Anda - Yudhitech DotCom

    Silakan baca tulisan saya yang cukup mendapat hits tinggi mengenai bagaimana cara mengganti template blogspot, dimana rata-rata banyak yang gagal mengganti ...
    www.yudhitech.com/ganti-template-blogspot-anda/ - Tembolok - Mirip



  3. Cara Mengganti Template Blogger | Blognya Cebong Ipiet Yeah

    Blognya Cebong Ipiet Yeah: Cara Mengganti Template Blogger - Cebong Ipiet, Sekedar Blog personal, online journal, bisnis internet.
    cebongipiet.blogspot.com/.../cara-mengganti-template-blogger.html - Tembolok - Mirip



  4. Cara Merubah Template Blog

    Cara Merubah Template Blog By : Bahrul Ulum Bosan dengan tampilan blog anda ? silahkan gantitemplate yang dapat anda cari secara gratis ... tampilan nya dengan
    universityofbloggers.blogspot.com/.../cara-merubah-template-blog.html - Tembolok - Mirip



  5. [PDF]

    Tutorial Cara Mengubah Template Blog

    Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat
    pilihan template untuk blog kita, seperti yang tampak di samping: CARA MUDAH MENGUBAH TEMPLATES. Bagi yang ingin memakai tem- plate yang bukan bawaan Blog- ...
    images.abdiez.multiply.multiplycontent.com/.../Tutorial_Template_Blog.pdf?... - Mirip



  6. Cara Merubah Template Blogger Klasik ke 3 Kolom Xml

    Tips dan trik blogging,Cara bikin atau buat blog,pasang iklan,menghias blog, agar blog menarik, tips posting, merubah template,blogger 3 kolom,buat blogroll ...
    haryantotips.blogspot.com/.../cara-merubah-template-blogger-klasik-ke.html - Tembolok - Mirip



  7. TEMPLATE BLOGGER: Cara Mengganti Template di New Blogger

    Cara Mengganti template di new blogger: Yang sudah pakai New Blogger Template. Login ke blogger.com, setelah masuk ke dashboard, pilih blog yang ingin kamu ...
    templatesbloggerfree.blogspot.com/.../cara-mengganti-template-di-new-blogger.html - Tembolok - Mirip



  8. [PDF]

    Cara Mengganti Template Blogspot

    Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Tampilan Cepat
    Ganti Template Blogspot Anda. • Cara Mengganti Template Blogspot. Pada tulisan ini saya kembali akan mengulas cara mengganti template blogspot atau ...
    images.hidayatship.multiply.multiplycontent.com/.../Cara%20Mengganti%20Template%20Blogspot.pdf?... - Mirip



  9. Cara mengganti template di New Blogger - Isnaini Dot Com

    Cara Mengganti template di new blogger: Yang Udah pake New Blogger Template. Login ke blogger.com, setelah masuk ke dashboard, pilih blog yang ingin kamu ...
    www.isnaini.com/.../cara-mengganti-template-di-new-blogger - Tembolok - Mirip



  10. Tips Mempercantik Blog: Cara Ganti Template Blog

    Cara Ganti Template Blog. Pertama kamu harus membackup dulu tempalte kamu jika template baru kamu tidak berhasil diinstall, caranya masuk ke menu "Layout ...
    trik-blog-nyaman.blogspot.com/.../ganti-template-blog-anda.html - Tembolok - Mirip



  11. Posting blog tentang cara mengganti template blogspot

    Blogger Tune-Up ganti Template | Blogger Tune-Up - Blogger Tune-Up - 14 jam yang lalu
    Dibuang Sayang: Free Blogger Template - Classic - code-code-an - 1 hari yang lalu
    Cara mendesain blogger - Cara membuat blog - 22 Jan 2010
Penelusuran yang terkait dengan cara mengganti template blogspot


hmm, ternyata banyak juga solusi yang diberikan paman Google,
tinggal baca, ikutin pentunjuk...........selesai dah !! 

awalnya aku berfikir seperti itu, tapi ternyata pikiranku salah.

ternyata prakteknya tidak semudah teori yang aku baca,.

aku sudah mengikuti petunjuk dengan baik, sabar, dan teliti...tapi hasilnya selalu gagal...eror !!

sudah aku lakukan langkah- langkah yang harus aku lakukan untuk mengganti Template...

Langkah 1:
Pilih menu Layout - Edit HTML
Langkah 2:
Klik tombol Browse, cari lokasi penyimpanan file .xml Anda. Dalam contoh ini saya memakai template Grey Press Blogger (grey_press_blogger.xml)
Langkah 3:
Klik tombol Upload, pastikan tidak ada error seperti terlihat pada gambar di bawah
Langkah 4:
Klik tombol SAVE TEMPLATE
Silakan lihat perubahannya, selesai !
gampangkan, cuma empat langkah !!

tapi kenapa aku selalu gagal,  bingung dimana letak kesalahannya ( bingung apa emang goBlog..:) )
selalu saja hasilnya itu :

Kami tidak dapat menyimpan template Anda.

Harap perbaiki kesalahan di bawah, dan kirimkan template Anda lagi.
Template Anda tidak dapat diparse karena tidak well-formed. Harap pastikan bahwa semua elemen XML ditutup dengan benar.
Pesan error XML: Content is not allowed in prolog.
aku coba lagi...............dan gagal lagi...
coba lagi....dan lagi- lagi keluar jawaban seperti di atas,   
Kami tidak dapat menyimpan template Anda.

maka hari itu......menyerahlah aku...

hampir saja aku putus asa, dan berjanji tidak akan menjamah dunia maya lagi..tobat..!! ( haha..lebay..:) )

putus asa ! huu...no way !! ngga ada kamusnya seorang aqil putus asa. orang tuaku pasti akan menyesal telah melahirkan anak sepertiku, kalo masalah ini saja aku putus asa...aku dilahirkan sebagai anak muda yang tangguh, pejantan tangguhh gtu lohh !!:)

hari ini aku nyoba lagi mengganti template blogku yang standar, dengan tampilan template yang sedikit menarik, cantik, dan fresssss.....supaya minat menulisku selalu hadir setiap kali aku menatap blogku..
berjam-jam aku duduk di depan komputer,
khusyu pandanganku menatap layar monitor di depanku,
tanganku rasanya tak ingin lepas dari mouse komputer,

yang ada di kepalaku cuma, template, template, template, blog, blog, blog.....................

huffff...masih belum berhasil juga....

capek, lelah, bosan......

nyaris saja aku menelan ludahku sendiri,, putus asa hampir menjadi pilihanku,


pilihan terakhir, salah satu situs yang di sarankan paman Google..

Cara Merubah Template Blog


hahahaha.....: D 

akhirnya, semua rasa capek , lelah, bosan. semuanya  itu terbayarkan sudah. aku menemukan solusi paling ampuh untuk mengganti template blog, ngga ribet....ternyata ada yang terlewat dari langkah2 yang sebelumnya aku coba...mereka lupa tentang file yang sudah kita doanload, tidak bisa kita unggah begitu saja, harus di " extrak here"
mengenai file Template yang akan di unggah dan sebelumnya telah didonload....kita yang tidak terlalu familiar dengan bahasa xml/ html maka pasti akan bingung...bingung 100 %..


hahhh,, ternyata semuanya butuh proses, butuh perjuangan.......!!

akhirnya blogku punya wajah baru......semangat menulis, yohaaaa !! :)


intinya, jangan menyerah sobat !


Aqil El Banna,






















Rabu, 24 Februari 2010

Abadikanlah pikiranmu..

hmm.. mau nulis apa ya ? :)

energi menulis saya lagi penuh nih, tapi masih belum tau mau nulis apa..

saya ingin menumpahkan semuanya di sini,

ya disini, di blog saya...Aqil El Banna.blog spot.

seperti air, saya ingin membuat semuanya mengalir begitu saja. Mengikuti semua aliran pikiran saya, walau saya tidak tahu dimana aliran ini akan berakhir.


enak ya, kalo menulis seperti itu........mengalirrrrrrrrrrr.... !!

untuk membuat semuanya mengalir, maka kita harus membuat diri kita bebas. Membuang jauh- jauh pikiran atau hal- hal yang menggagu jalannya pikiran kita..

berselancarlah dengan bebas, ikuti semua aliran pikiranmu...

Menurut teori menulis, untuk membuat tulisan kita mengalir seperti air. Maka tuliskanlah apa saja yang terlintas di kepala kita, tulislah apa yang kita pikirkan hari ini,  apa yang kita lihat hari ini, apa yang kita dengar hari ini, dan apa yang kita rasakan hari ini...


tumpahkanlah dia dalam bentuk tulisan, jangan sisahkan sedikitpun!!

Tumpahkan semuanya..hingga wadah ini tidak cukup menampung semua pikiranmu.

karena pikiranmu terlalu berharga untuk dilupakan.

mungkin pikiranmu  menginspirasi orang lain untuk melakukan sesuatu, memberikan solusi bagi permasalahan orang lain, atau sebagai pelajaran bagimu di kemudian hari.

semuanya itu mungkin saja, why not ?

jangan biarkan pikiranmu menguap begitu saja, tidak berjejak sedikit pun.

sekali lagi saya katakan, pikiranmu sangat berharga sobat...

maka abadikanlah dia dengan tulisan,,

anda kenal buya hamka bung Karno, khairil anwarshakespearekahlil gibranmuhammad ikbalhasan Al bannasayyid qutb.

pasti anda kenal salah satu diantara nama- nama yang saya sebutkan,
dan tentu anda sudah tahu kalau mereka semua sudah pergi mendahului kita,

mereka semua sudah tidak lagi kita temukan sosoknya saat ini, takdir yang telah membuat mereka tidak ada untuk selama- lamanya...

mereka pergi selama-lamanya,, tapi sampai sekarang kita masih bisa merasakan kehadiran mereka...

jasad mereka mungkin sudah hancur di makan cacing tanah, tapi karya mereka tidak !!


masih ada dan masih bisa kita baca hingga saat ini ,

karena mereka mengabadikan pikiran mereka melalui karya,

sekali lagi................pikiranmu terlalu berharga untuk dilupakan sobat.

abadikanlah !!


teruslah menulis saudaraku, hingga kau tidak mampu lagi untuk menulis,


Aqil El Banna,


yg sedang belajar mengabadikan pikirannya..:)

Senin, 22 Februari 2010

Mimpi yang menyadarkan, untuk Mutiara hatiku.


Kumasuki ruangan itu, kucari sosok yang sangat kurindukan. Ada banyak orang sedang berkumpul disana, mereka saudara- saudarku.
ada apa ini, kenapa banyak orang disini? perasaanku mulai khawatir. Semua yang berada di ruangan itu seakan menatapku dengan penuh haru, namun lidahku keluh untuk bertanya. kupandangi wajah mereka satu persatu. Ayahku, kakaku, adikku, dan saudara-saudaraku..semuanya menampakan kesedihan.

Tak sanggup aku menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, langsung saja kulangkahkan kakiku menuju kamar ibu. Dengan perasaan getir kumasuki kamar ibu,

"ibu.." batinku.

Kulihat sosok yang sangat kurindukan itu sedang terbaring lemah tidak berdaya, di temani beberapa saudara-saudaraku. Kakiku mulai lemas, hatiku semakin getir melihat sosok yang sangat aku rindukan itu.. kupandangi wajahnya, masih teduh dan bijak seperti dulu, meski usia telah senja tapi ibu tidak terlihat tua, hanya saja saat ini ibu terlihat lemah.

Aku berlutut di sisi pembaringannya, "Ibu....aku datang...ibu.." gemetar bibirku memanggilnya. kuraih tangan ibu, tangan yang sudah lama tidak aku sentuh. Perlahan kudekapkan di dadaku. Ketika kucium tangannya, butiran air tak kuasa kutahan, basah tangan ibu dengan air mataku. Dekapanku semakin kuat seiring tangisku yang mulai pecah. "ibu........hiks...hiks..!!"



" astagfirulloh..!" tiba- tiba aku terjaga, jantungku berdetak tidak karuan, dan badanku berkeringat. Kulihat jam di hapeku, pukul 03.00 Wib

." ya Allah, ternyata tadi itu cuma mimpi.."

Kunyalakan lampu kamar, kemudian menuju dapur mengambil sebotol air di kulkas, rasanya tenggorokanku tersendat...

Setelah mimpi itu, rasanya semua rasa kantukku hilang, keinginanku untuk tidur pun sirna. Padahal aku baru tidur dua jam yang lalu, tugas kuliah lah yang membuatku harus begadang..


" Ibu.." desahku menatap sebuah binkai mungil yang terpajang di dinding kamarku. sebuah bingkai mungil berwarna coklat yang menghiasi gambar wanita keturunan Arab setengah tua yang sedang tersenyum tulus di balik jilbab ungunya.

hatiku terasa perih mengingat mimpi yang baru saja aku alami, sungguh sangat menakutkan.

"ahh..sial !!" dengan kesal kuletakan hapeku,

" jam segini konter pulsa belum pada buka, dasar anak durhaka..kemana saja aku selama ini!!" batinku kesal. Sudah cukup lama aku tidak menghubungi ibu, biasanya seminggu sekali aku selalu menghubunginya, menanyakan kabarnya, dan kadang- kadang aku selalu curhat sama ibu, tentang hari-hariku dan semua permasalahanku di jakarta yang semuanya itu hanya bisa aku ceritakan sama ibu. Aku sendiri di Jakarta. Semua keluargaku hijrah ke Ternate, kampung halamanku.

Dan saat ini, aku seperti merasa menjadi "anak mandiri".

" udah deh bu..ga usah khawatir sama aku di Jakarta.Aku bisa jaga diri koq.." Begitu balasku ketika ibu memberikan perhatiannya padaku. Aku merasa bisa melakukan semuanya tanpa ibu,

”mandiri"
kata itu lah yang selalu ingin aku buktikan pada Ibu, bahwa aku bukan lagi anak kecil yang selalu dituntun oleh ibu. Aku sudah bisa hidup sendiri.

Dengan sikap sudah merasa mandiri itulah, makanya sudah tidak lagi kuperhatikan sms-sms perhatian yang selalu ibu kirimkan kepadaku,

" ical, jangan lupa makan.."

" kamu disana sehat- sehat aja kan. kalo sakit jangan lupa hubungi ibu.."

" kamu masih suka begadang ya, inget cal, kamu disana sendirian nanti kalo sakit siapa yang ngerawat.."

" ibu dengar disana lagi musim hujan,,jaga kesehatan ya.."

Semua sms-sms perhatian itu, yang ibu kirimkan kepadaku.Hanya memenuhi inbox message di hapeku, tidak pernah sekali pun aku balas.Bahkan untuk mengucapkan terima kasih pada ibu pun tidak pernah. Sibuk , tidak ada pulsa, hape nya rusak..selalu menjadi alasan klasikku ketika ibu menanyakan kenapa aku tidak menghubungi Ibu.

"bagaimana ya keadaan Ibu disana?" bisikku lemah pada bingkai itu. Hatiku diliputi perasaan rindu. Ingin rasanya aku menghubungi ibu sekarang juga, namun tidak bisa.

Akhirnya kularutkan rasa rinduku di atas sajadah panjang,
dengan lirih kupanjatkan doa tulusku untuknya,

"Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan
atau kesusahan yang mereka deritakan kerana aku
atau hilangnya sesuatu hak mereka kerana perbuatanku
jadikanlah itu semua penyebab susutnya
dosa-dosa mereka dan bertambahnya pahala kebaikan
mereka dengan perkenan-Mu ya Allah
hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan dengan
kebaikan berlipat ganda..."


maka pagi itu,

aku hubungi wanita yang sangat aku rindukan itu, ibu...

" hallo...asslmkumm..."

"walaikumsalam..ada apa cal?" jawab orang di ujung telpon sana, kakaku.

"pa kabar ka...ada ibu ngga?"

" tumben lo nanyain kabar gue sama ibu..kirain udah lupa??" ujar kakaku heran

"hehe..maaf ka"

" gimana kuliah lo..udah lulus belum?"

" ya belum lahh...ngga mungkin kalo aku lulus kaka sama ibu ngga tau?"

"yaahh..kirain si anak mandiri ini udah ngga butuh kita lagi?"

"nnga ka..." jawabku lirih. perkataannya semakin membuatku merasa bersalah.

"ya udah, lo mau ngomong sama ibu"

"iy...ibu sehat kan?"

"iya, dia selalu mikirin loe tau,,tunggu ya, gue kebalakang dulu manggil ibu.."
kemudian suara kakak menghilang.

Saat sedang menunggu ibu di telepon, tiba- tiba aku teringat dengan mimpi semalam. Mimpi yang membuat aku sadar, bahwa aku masih diberikan kesempatan untuk berbakti kepada ibu, sebelum semuanya terlambat...

"aku ngga ingin kehilangan ibu,, sebelum aku bisa membahagiakan dirinya,,"


Berapapun Sisa Hidupmu Yang Berarti.
Jangan Sampai Musnah Diujung Belati.
Berapapun Luka Hidupmu Yang Terukir..
Masih Ada Darah Bundamu Yang Mengalir..
Kembalilah Dalam Pelukan Sejuk Sang Ibu..
Sudut Hatimu Yang Lugu Sudah Tertipu..
Telaga Hati Ibu Masih Sebening Embun....




Untuk yang selalu menjadi mutiara di hatiku,

Ibuku Tercinta...Love U forever..



Aqil El- Banna

Rabu, 17 Februari 2010

aku benci..


Aku benci kemunafikan....bahkan aku benci jasad yg didalamnya bersemayam benih kemunafikan, aku benci mulut yg mengeluarkan bau kemunafikan, aku benci sorot mata yg memancarkan kemunafikan, aku benci cinta yang berselimut kemunafikan...!!!



Rangkaian kata-kata benci itu membuka pikiranku pagi ini. dua kata yang pertama kali dan sering terlintas dikepalaku, benci dan munafik. aku mengingat-ngingat perbuatan apa yang telah aku lakukan sebelum pagi ini, hingga muncul dua kata itu.

hahhh...terlalu sulit untuk melacak kesalahan diri ini, tidak semudah kita mencari tahu kesalahan orang lain. ringan rasanya telunjuk ini diarahkan untuk menunjuk hidung orang lain seraya berkata, "kamu seharusnya begini..." " kamu salahh.." " ini semua karena kamu..!" " kamu itu ya..." dan banyak lagi rangkain kata- kata "judge" yang kita arahkan kepada orang lain. sangat mudah menilai orang lain, melemparkan berbagai tuduhan.

jadi inget penjelasan seorang temen, mengenai filosofi "menunjuk". entah dari mana sumbernya, temanku itu menjelaskan, "sebelum kita menunjuk orang lain,, perhatikan jari kita yang menunjuk",

tentu jari telunjuk yang kita arahkan untuk menunjuk.

temanku lanjut menjelaskan,
"lihatlah berapa jumlah jari yang tidak ikut menunjuk.."

sudah jelas, ada 4 jari, jari tengah, jari manis, jari kelingking, dan ibu jari. Dan kesemuanya itu bertolak belakang dengan jari telunjuk, satu-satunya jari yang menunjuk. Ke empat jari yang lain tidak searah dengan jari telunjuk , tapi berlawanan arah atau menunjuk ke arah si pemilik telunjuk.

"hei..hei..kenapa kalian diam saja, kalian tidak berdiri, bukankah orang di depan sana memang pantas untuk ditunjuk,,hayoo kita hakimi dia rame-rame" sang telunjuk berusaha meyakinkan ke empat jari lainnya.

" sorry bro, untuk yang satu ini kami tidak ikut" ke empat jari kompak menjawab,

" ahhh..payah kalian, tidak kompak !!" sang telunjuk kesal.

" ...." ke empat jari diam, stay dengan sikapnya.


empat jari, yaitu jari tengah, jari manis, jari kelingking, dan ibu jari bersepakat untuk bersebrangan dengan jari telunjuk. walau selama ini mereka selalu kompak bersama, tapi untuk yang satu ini mereka tidak sepaham. ke empat jari itu terlalu rasional, tidak seperti jari telunjuk yang terlalu gegabah dan emosional menjudge mahluk yang ada di depannya,,

"kami tidak punya keberanian untuk menilai orang lain salah, sebelum kami melihat diri kami sendiri"


hmm,,kalau saya boleh berimajinasi, mungkin itu closing statement yang diucapkan ke empat jari kepada "the one" sang jari telunjuk yang satu.


yap, kita memang harus sering melihat diri kita, sebelum kita sibuk melihat orang lain. jangan- jangan kita lebih sibuk melihat kesalahan orang lain dibanding melihat kesalahan diri kita sendiri. hingga kita tidak tahu dimana letak kesalahan diri kita.



intinya, berhentilah menjadi munafik, belajarlah untuk melihat diri sendiri.

maka aku tahu, kenapa dua kata itu melintasi pikiranku pagi ini.

"benci dan munafik"


mungkin karena aku sudah lama tidak melihat diriku. terlalu sibuk dengan hal- hal diluar diriku. makanya jiwaku berontak dan memaki diriku,,

" aku benci kau hai munafik..!! "




Aqil El banna,

Jumat, 12 Februari 2010

so sweet....^_^

Menanam Benih Kesadaran

oleh : Herry Nurdi

Saya belajar tentang menanam benih budi dari seorang bernama Ustadz Salamat Hashim. Beliau adalah pemimpin Moro Islamic Front Liberation, gerakan Islam yang memperjuangkan kemerdekaan bagi kaum Muslimin di wilayah Mindanao, Filipina Selatan. Beliau mengatakan kata-kata yang bagi saya sangat kuat pesannya:

“If this freedom cannot be achieved during my lifetime, I can assure you, and I can assure everybody, that I have already planted the seeds of Jihad. I have already planted the idea of fighting for freedom in the heart of my people, the Bangsamoro people.”

(Jika kemerdekaan ini tidak bisa dicapai semasa saya hidup, maka saya memastikan pada Anda, saya akan memastikan pada semua orang, bahwa saya telah menabur dan menanam benih Jihad. Saya telah menanam ide perjuangan kemederkaan di dalam hati semua orang. Di dalam hati kaum saya, Bangsamoro.)

Tak banyak pejuang yang bisa mengecap kemenangan dan hasil dari perjuangannya. Kalaupun ada, mungkin bisa dihitung dengan jari jumlahnya. Salah satu nama yang bisa kita sebut adalah Nelson Mandela, yang akhirnya bisa melihat langit cerah dan matahari keadilan di Afrika Selatan, setelah tahun-tahun pedih di bawah apartheid mereka rasakan. Sisanya, banyak sekali orang-orang seperti Ustadz Salamat Hashim yang meninggal karena serangan jantung setelah berjalan kaki empat hari menghindari serangan militer Filipina.

Hari itu, di sebuah tempat bernama Kamp Abu Bakar, Ustadz Salamat Hashim sedang menyampaikan Khutbah Idul Adha tahun 2000 silam. Ketika serangan udara dari pesawat udara militer Filipina menghujani tempatnya dengan peluru-peluru besar yang mematikan. Setelah berjalan kaki berhari-hari, Ustadz Salamat Hashim sudah merasakan, ajal sudah mendekat dan nyaris tak berjarak. Beberapa usaha pengobatan sudah dilakukan, bahkan ada usaha untuk membawa Ustadz Salamat Hashim keluar dari Filipina untuk mendapatkan perawatan. Tapi beliau menolak.

“Biarlah saya mati di sini, di tanah yang saya cintai, dikeliling orang-orang yang saya kenali, yang dihatinya telah ditanam benih perjuangan.
” Setelah menunjuk pemimpin yang akan melanjutkan perjuangan, Ustadz Salamat Hashim pun menghembuskan napas terakhirnya dalam pergolakan.

Menanam benih. Betapa sederhana sebetulnya hidup ini. Kemenangan hanyalah sebuah konsekuensi logis dari benih-benih yang tumbuh dan berkembang. Membesar dan memberikan hasil yang maksimal. Benih-benih mengakar jauh ke dalam tanah, mengokohkan pokok yang tinggi menjulang ke angkasa.

Siapakah mereka yang menanam benih hari ini? Masih adakah orang-orang yang bersungguh menyiangi benih-benih yang sudah di tabur, menjaganya dari serangan hama yang menganggu dan memberikan pupuk agar tumbuh subur?

Ini adalah tugas yang sebenarnya harus kita lakukan. Menabur dan menanam benih, menjaga dan menyirami, memupuk dan membesarkan. Tanpa harus menganggap ringan orientasi hasil akhir, kita harus bersungguh-sungguh dalam proses penanaman. Karena memang, tak ada yang pernah tahu, kapan musim panen tiba dan hasil bisa dituai dengan senyum gembira.

Jangan menjadi orang-orang yang ke bawah tak mengakar, ke atas dan berpucuk, dan di tengah-tengah di heret kumbang.

Menanam benih kesadaran. Itu tugas besar yang harus kita lakukan saat ini. Tak peduli berapa lama kemenangan dan kejayaan akan diraih, mungkin kita bisa menyaksikan, mungkin juga tak pernah. Tapi yang harus kita pastikan adalah, sudahkah kita menanam kesadaran pada orang-orang, agar perjuangan bisa diwariskan?\

Kamis, 11 Februari 2010

YAKINLAH, DAN PEJAMKAN MATA!

iman adalah mata yang terbuka,
mendahului datangnya cahaya
tapi jika terlalu silau, pejamkan saja
lalu rasakan hangatnya keajaiban

Saya tertakjub membaca kisah ini; bahwa Sang Nabi hari itu berdoa.

Di padang Badr yang tandus dan kering, semak durinya yang memerah dan langitnya yang cerah, sesaat kesunyian mendesing. Dua pasukan telah berhadapan. Tak imbang memang. Yang pelik, sebagian mereka terikat oleh darah, namun terpisah oleh ‘aqidah. Dan mereka tahu inilah hari furqan; hari terpisahnya kebenaran dan kebathilan. Ini hari penentuan akankah keberwujudan mereka berlanjut.

Doa itulah yang mencenungkan saya. “Ya Allah”, lirihnya dengan mata kaca, “Jika Kau biarkan pasukan ini binasa, Kau takkan disembah lagi di bumi! Ya Allah, kecuali jika Kau memang menghendaki untuk tak lagi disembah di bumi!” Gemetar bahu itu oleh isaknya, dan selendang di pundaknya pun luruh seiring gigil yang menyesakkan.

Andai boleh lancang, saya menyebutnya doa yang mengancam. Dan Abu Bakr, lelaki dengan iman tanpa retak itu punya kalimat yang jauh lebih santun untuk menggambarkan perasaan saya. “Sudahlah Ya Rasulallah”, bisiknya sambil mengalungkan kembali selendang Sang Nabi, “Demi Allah, Dia takkan pernah mengingkari janjiNya padamu!”

Doa itu telah menerbitkan sejuta tanya di hati saya. Ringkasnya; mengapa begitu bunyinya? Tetapi kemudian, saya membaca lagi dengan sama takjubnya pinta Ibrahim, kekasih Allah itu. “Tunjukkan padaku duhai Rabbi, bagaimana Kau hidupkan yang mati!”, begitu katanya. Ah ya.. Saya menangkap getar yang sama. Saya menangkap nada yang serupa. Itu iman. Itu iman yang gelisah.

Entah mengapa, para peyakin sejati justru selalu menyisakan ruang di hatinya untuk bertanya, atau menagih. Mungkin saja itu bagian dari sisi manusiawi mereka. Atau mungkin justru, itu untuk membedakan iman mereka yang suci dari hawa nafsu yang dicarikan pembenaran. Untuk membedakan keyakinan mereka yang menghunjam dari kepercayaan yang bulat namun tanpa pijakan.

Kita tahu, di Badr hari itu, Abu Jahl juga berdoa. Dengan kuda perkasanya, dengan mata menantangnya, dengan suara lantangnya, dan telunjuk yang mengacung ke langit dia berseru, “Ya Allah, jika yang dibawa Muhammad memang benar dari sisiMu, hujani saja kami dari langit dengan batu!” Berbeda dari Sang Nabi, kalimat doanya begitu bulat, utuh, dan pejal. Tak menyisakan sedikitpun ruang untuk bertanya. Dan dia lebih rela binasa daripada mengakui bahwa kebenaran ada di pihak lawan.

Itukah keyakinan yang sempurna? Bukan. Itu justru kenaïfan. Naif sekali.

Mari bedakan kedua hal ini. Yakin dan naïf. Bahwa dua manusia yang dijamin sebagai teladan terbaik oleh Al Quran memiliki keyakinan yang menghunjam dalam hati, dan keyakinan itu justru sangat manusiawi. Sementara kenaifan telah diajarkan Iblis; untuk menilai sesuatu dari asal penciptaan lalu penilaian itu menghalangi ketaatan pada PenciptaNya. Atau seperti Abu Jahl; rela binasa daripada mengakui kebenaran tak di pihaknya. Atau seperti Khawarij yang diperangi ‘Ali; selalu bicara dengan ayat-ayat suci, tapi lisan dan tangan menyakiti dan menganiaya muslim lain tanpa henti. Khawarij yang selalu berteriak, “Hukum itu hanya milik Allah!”, sekedar untuk menghalangi kaum muslimin berdamai lagi dan mengupayakan kemashlahatan yang lebih besar. Mencita-citakan tegaknya Din, memisahkan diri di Harura dari kumpulan besar muslimin, dan merasa bahwa segala masalah akan selesai dengan kalimat-kalimat. Itu naïf.

Dan beginilah kehidupan para peyakin sejati; tak hanya satu saat dalam kehidupannya, Ibrahim sebagai ayah dan suami, Rasul dan Nabi, harus mengalami pertarungan batin yang sengit. Saat ia diminta meninggalkan isteri dan anaknya berulang kali dia ditanya Hajar mengapa. Dan dia hanya terdiam, menghela nafas panjang, sembari memejamkan mata. Juga ketika dia harus menyembelih Isma’il. Siapa yang bisa meredam kemanusiaannya, kebapakannya, juga rasa sayang dan cintanya pada sesibir tulang yang dinanti dengan berpuluh tahun menghitung hari.

Dan dia memejamkan mata. Lagi-lagi memejamkan mata.

Yang dialami para peyakin sejati agaknya adalah sebuah keterhijaban akan masa depan. Mereka tak tahu apa sesudah itu. Yang mereka tahu saat ini bahwa ada perintah Ilahi untuk begini. Dan iman mereka selalu mengiang-ngiangkan satu kaidah suci, “Jika ini perintah Ilahi, Dia takkan pernah menyia-nyiakan iman dan amal kami.” Lalu mereka bertindak. Mereka padukan tekad untuk taat dengan rasa hati yang kadang masih berat. Mereka satukan keberanian melangkah dengan gelora jiwa yang bertanya-tanya.

Perpaduan itu membuat mereka memejamkan mata. Ya, memejamkan mata.

Begitulah para peyakin sejati. Bagi mereka, hikmah hakiki tak selalu muncul di awal pagi. Mereka harus bersikap di tengah keterhijaban akan masa depan. Cahaya itu belum datang, atau justru terlalu menyilaukan. Tapi mereka harus mengerjakan perintahNya. Seperti Nuh harus membuat kapal, seperti Ibrahim harus menyembelih Isma’il, seperti Musa harus menghadapi Fir’aun dengan lisan gagap dan dosa membunuh, seperti Muhammad dan para sahabatnya harus mengayunkan pedang-pedang mereka pada kerabat yang terikat darah namun terpisah oleh ‘aqidah.

Para pengemban da’wah, jika ada perintahNya yang berat bagi kita, mari pejamkan mata untuk menyempurnakan keterhijaban kita. Lalu kerjakan. Mengerja sambil memejam mata adalah tanda bahwa kita menyerah pasrah pada tanganNya yang telah menulis takdir kita. Tangan yang menuliskan perintah sekaligus mengatur segalanya jadi indah. Tangan yang menuliskan musibah dan kesulitan sebagai sisipan bagi nikmat dan kemudahan. Tangan yang mencipta kita, dan padaNya jua kita akan pulang…

salim a. fillah –www.fillah.co.cc-

Senin, 08 Februari 2010

Belajar Tahsin yuk ! :) [ profil Lembaga Tahsin/ Tahfidz JAKARTA ]

Pada suatu kesempatan saya mendengar seorang ustadz memberikan tausiyah mengenai seni membaca Alquran. Berikut petikan perkataan beliau :

"Akhi (saudaraku), tiap-tiap sesuatu memiliki hak yang wajib untuk dipenuhi. Seperti contohnya tubuh kita yang memiliki hak untuk memperoleh makanan, memperoleh istirahat, dan mendapatkan pakaian yang layak. Demikian pula dengan tiap-tiap huruf di dalam Alquran, mereka memiliki hak untuk dilafadzkan secara benar, sehingga Alquran dapat disuarakan dengan indah sesuai dengan yang seharusnya. Karena itulah kita harus belajar untuk dapat memenuhi hak-hak tiap huruf Alquran yang kita baca itu ... "

Sederhana sekali memang nasihat di atas. Ternyata tiap huruf Alquran itu memiliki teknik pengucapan yang spesifik, ini yang biasa kita kenal dengan makhraj. Ini semua harus dipelajari dengan khusus.

Misal, untuk huruf 'h' saja ada yang besar dan kecil dan pengucapannya keduanya sangat-sangat berbeda. Padahal jika dituliskan dlm huruf latin ya cukup huruf "h" saja.

Telah cukup banyak lembaga bimbingan belajar membaca Alquran tersebar. Mereka membimbing kita dari mengenal huruf, membaca indah dan benar (tahsin), hingga pada tingkat tahfidz (menghafal).

Buat kita yang ingin menjadikan Alquran benar2 sebagai imam kita, tidak ada kata terlambat untuk memenuhi hak Alquran untuk dapat dibaca dengan indah dan benar. Caranya ... ya belajar dong. Yuk belajar tahsin :)

berikut saya Lampirkan profil beberapa LEMBAGA TAHSIN/ TAHFIDZ yang ada di wilayah JAKARTA, semoga berguna....




>LEMBAGA TAHFIZH AL QUR’AN AL HIKMAH (Jakarta) <

Nama Lembaga : LEMBAGA TAHFIZH AL QUR’AN AL HIKMAH
Pendiri Lembaga : KH. Abdul Hasib Hasan, Lc, KH. Abdul Aziz Abdul Ra’uf, Ustadz Sofyan Nur Al Makki
Tahun Berdiri : 1992 M
Visi : Memasyarakatkan Al Qur’an di tengah Ummat

Alamat Lembaga
Jalan Bangka II No. 24 Pela Mampang
Kota/Kabupaten : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 12720
No. Telp/fax : 021-7192173
Jenjang Pendidikan : BBQ, Tahsin, Takhoshshush, Tahfizh, Tafsir

>LEMBAGA TAHSIN-TAHFIZH AL QUR’AN KHARISMA RISLAH (Jakarta) <

Nama Lembaga : LEMBAGA TAHSIN-TAHFIZH AL QUR’AN KHARISMA RISLAH
Pendiri Lembaga : KH. Abdul Khoir Rasyidi, Lc dan Ustadz H. Efendi Anwar, Lc
Tahun Berdiri : 1995 M
Visi : Sebagai lembaga Al Qur’an yang terdepan dalam menjadikan Al Qur’an sebagai sumber kebahagiaan Ummat
Misi :- Memasyarakatkan Rasm Utsmani
- Dapat menjawab kebutuhan ummat dalam proses belajar mengajar Al Qur’an
Alamat Lembaga
Jalan : Jl. Seha II No. 14 Grogol Selatan Kebayoran Lama
Kota/Kabupaten : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
No. Telp/fax : 021-99772553
E-Mail : ltq_kr@plasa.com
Website : WWW.kharismarisalah.com




>LTQ LDK UIN SYAHID JAKARTA <
Nama Lembaga : LTQ LDK UIN SYAHID JAKARTA
Pendiri Lembaga : Ustadz Muzammil, Ustadz Akmarul Hadi
Tahun Berdiri : 2006 M
Visi : - Memasyarakatkan Al Qur’an di kampus, disemua kalangan civitas akademik
- Membangun Syakhsiyah Qur’aniyah

Alamat Lembaga
Jalan : Ciputat
Kota/Kabupaten : Tanggerang
Provinsi : Banten

>DARUL QUR’AN AL MUQORROBIN KHUSUS PUTRI (Jakarta) <

Nama Lembaga : DARUL QUR’AN AL MUQORROBIN (Khusus Putri)
Pendiri Lembaga : Imam Hambali
Tahun Berdiri : 2001 M
Visi : Mencetak para Hafizhah Al Qur’an yang Imtaq
Alamat Lembaga
Jl. Bangka VIII C RT. 05/03 Pela Mampang
Kota/Kabupaten : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
No. Telp/fax : 08998325925

>LEMBAGA AL QUR’AN AL UTSMANI (Jakarta) <

Nama Lembaga : LEMBAGA AL QUR’AN AL UTSMANI
Pendiri Lembaga : Ustadz Efendi Anwar, Lc
Tahun Berdiri : 1995 M
Visi : Menjadi lembaga Tahfizh yang Profesional

Alamat Lembaga
Jalan Raya Condet Gg. Sawo
Kota/Kabupaten : Jakarta Timur
Provinsi : DKI Jakarta
No. Telp/fax : 021-98100526
Jenjang Pendidikan : Tahsin, Tahfizh
Website : www.utsmani.multiply.com



>Lembaga Tahfizhul Qur’an ( LTQ ) Jauharul Iman ( jakarta pusat )<

Didirikan bulan November 2006 M / 27 Syawwal 1427 H di wilayah Johar Baru Jakarta Pusat. Pimpinan pertama adalah Ustadz. Nana Sumpena, S.Pd.I Al Hafizh ( 2006 – 2007 ).

Alamat : Jl. Johar Baru IV Rw 05 Johar Baru Jakarta Pusat

Situs web
http://jauharuliman.wordpress.com



>Lembaga Tahsin/tahfidzhul Qur’an HARAPAN UMAT<
( jakarta Utara )

Program bahasa Arab & tahsin/ tahfid Qur’an.
Alamat : koja, jakarta Utara.

Untuk sementara info lbh jelas bisa menghubungi ana ( aqil El Banna ), karena ane tinggal di jakut dan pernah belajar disini (yayasan Harum ).




Semoga Allah memberi kemudahan untuk saya dan juga anda dalam mempelajari Al Quran, membacanya, memahaminya, mengamalkannya, dan mengajarkannya pada orang lain.

Aamiin

Wallohu a’lam

Jumat, 05 Februari 2010

hari pertama Tahfidz

hari pertama ikutan Tahfidz sama ust.Abu ala Al maududi.

Siap-siap on the way to Masjid AL-Hikmah mampang Jakarta Selatan,,

melihat langit di luar,mendungggg......anginnya kenceng banget,

sepertinya hujan akan turun,,tiba-tiba terjadi dialog dalam hati...

"huff..mau hujan,gmna neh?.."

" gmna apanya??"

" pasti hujannya GEDE bgt,,,dah gitu pasti di jalan ikutan macet "

" so what gitu lohh.."

" hmm...kira2 berangkat ngga ya ???"

" hehehe,,,,cemen loe !! "

" cemen ??"

" iya, cemen bgt! "

" ...."

" ngga pantes seorang yang mengaku mencintai Al-Qur'an, tapi pesimis untuk belajar Al-Qur'an.."

" Qur'an Lover, you knoW..??





dan dialog itu benar-benar terjadi saat ini......................................

Kamis, 04 Februari 2010

sore

sore ini,

aku akan berangkat menuju peradaban.

mengais ilmu,
memperluas cakrawala pemikiran..

walau raga ini lelah,
walau pikiran ini penat,

tapi aku tak ingin berhenti,,
bahkan untuk sedetik pun..

karena jalanku masih panjang...

( puisi dalam kepenatan..huffff..)

Writer’s Block Dilarang Masuk - sebuah tips menghadapi kebuntuan menulis

Oleh : si tukang tidur

Kita pasti pernah mengalami kebuntuan dalam menulis, atau bahasa kerennya writer’s block. Namun, apa sih writer’s block itu? Ada yang bilang bahwa writer’s block adalah kutukan. Bahkan ada pendapat lain yang mengatakan bahwa writer’s block itu cuma mitos. Tapi, hampir semua orang pasti pernah mengalami hal seperti ini: duduk di depan layar komputer, jari-jari sudah gatal untuk segera menekan tuts di keyboard, dan segala macam gagasan berkelindan di dalam tempurung kepala. Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Tak ada satu kata pun yang lahir. Ide tak juga kunjung mewujud. Dan, tentu saja, layar itu tetap saja kosong.

Writer’s block bisa dibilang misterius. Ia datang secara tiba-tiba tanpa pernah kita duga. Kadang ia datang dari awal ketika kita ingin menulis, sehingga membuat kertas atau layar komputer kita tetap saja kosong dari awal sampai akhir. Kadang ia datang di saat tulisan kita sudah lumayan banyak, sehingga kita sudah seperti pengendara motor yang sedang kehabisan bensin, mogok ditengah jalan tanpa bisa melakukan apa-apa. Bahkan ia juga pernah datang di saat-saat terakhir ketika tulisan kita sedikit lagi akan selesai. Bisa dibayangkan betapa menjengkelkannya jika hal tersebut terjadi oleh kita.

Mengapa Writer’s Block Bisa Terjadi?

Hernowo, penulis buku Mengikat Makna Update, pernah mengatakan bahwa faktor penyebab terjadinya writer’s block itu ada banyak. Di antaranya adalah: pertama, miskin bahasa atau kata-kata. (Punya banyak ide, tapi tak bisa dikeluarkan karena kata-kata yang tersimpan di dalam diri tak bisa menampung ide-ide hebat tersebut). Kedua, tak memiliki topik yang mengesankan (bermakna) untuk ditulis. Kita sudah kepengin atau kebelet menulis, komputer sudah dinyalakan, tapi yang mau kita tulis tidak menggairahkan diri kita, ya, akhirnya nggak ada yang bisa dikeluarkan dari diri kita. Ketiga, tidak berani dan enggan mencicil menulis. Sebenarnya kalau kita mau pelan-pelan mengeluarkan bahan-mentah tulisan, nggak ada yang namanya writer’s block itu. (baca Tentang "Writer's Block", yang dimuat di Mizan.com).

Bagaimana Mengatasi Writer’s Block?

Bagi Eka Kurniawan, penulis novel Cantik itu Luka dan Lelaki Harimau, fenomena writer’s block serupa seorang pejalan yang terjebak di tengah belukar. Belukar itu bisa merupakan rumpun yang belum terjamah, bisa pula merupakan belantara jalan raya yang tanpa petunjuk. Untuk mengatasinya cukup sederhana, yaitu kita harus kembali lagi dari awal dan pertanyakan kembali apa tujuan kita menulis. Kata Eka Kurniawan, “Saya harus tahu mengapa saya masuk ke belukar tersebut: mengapa saya menulis sesuatu. Saya juga harus tahu apa yang harus saya bawa untuk membabat belukar, saya harus tahu segala yang diperlukan untuk menuliskannya. Dan saya tak akan terjebak selamanya di dalam belukar, jika saya tahu kemana arah yang hendak saya tuju: kemana saya ingin membawa tulisan saya.” (baca Writer’s Block, Bagian 1: Jalan Belukar yang dimuat di ekakurniawan.com).

Secara ringkas, mungkin tips-tips untuk menghindari writer’s block bisa saya paparkan sebagai berikut:

Tentukan Ide

Ini sangat penting. Ibarat ingin pergi ke suatu tempat, kita mesti tahu dulu tujuan kita. Kalau tidak, bisa-bisa kita bingung dan diam di tempat, atau paling buruknya kita akan tersesat. Itu sebabnya, sebelum menulis, kita mesti tahu dulu apa sih sebenarnya yang ingin kita tulis.

Write About what You Know

Ya, untuk seorang penulis pemula, sepertinya rumus “tulislah apa yang kamu tahu” itu memang bisa dijadikan sebagai panduan. Kadang kita memang selalu ingin menulis segalanya. Tentang mimpi, tentang nuklir, tentang seorang anak yang mengidap penyakit dislexia, tentang revolusi Perancis, tentang anarkis di Spanyol, tentang konspirasi sekte Mason Bebas, tentang si Google Guys Larry Page dan Sergey Brin, tentang penduduk asli Badui dalam, tentang sejarah Batavia, tentang Batik, tentang silsilah Nyi Roro Kidul, dan lain sebagainya. Semuanya ingin kita tulis, seolah-olah hidup kita sebentar lagi akan selesai. Padahal pengetahuan kita akan itu semua tidaklah terlalu banyak, bahkan bisa dibilang amat sedikit. Itu sebabnya, ketika kita ingin menulis sesuatu yang tidak kita tahu, writer’s block pasti akan datang menyapa kita. Waspadalah! Waspadalah!

Cari Data

Jika kita tetap ngotot untuk menulis cerpen atau novel tentang—misalnya—konspirasi sekte Mason Bebas, padahal pemahaman kita akan hal itu sangatlah sedikit, apa boleh buat, kita harus cari data yang banyak. Kita bisa searching di google.com dan cari sebanyak-banyaknya situs yang membahas tentang tema yang ingin kita tulis. Kita ketikkan saja kata kunci seperti Freemason, Zionis, Teodor Herzl, Kabala, Talmud, dan lain semacamnya. Atau mungkin bisa juga kita baca buku-buku yang membahas tentang permasalahan tersebut. Catat segala hal yang menurut kita penting. Insya Allah, dengan banyaknya data yang kita punya, writer’s block akan mudah diatasi.

Paragraf Pertama Begitu Menggoda

Buatlah paragraf pertama yang bagus—setidaknya bagus menurut kita. Sebab, paragraf pertama yang bagus bisa menyemangati kita untuk membuat paragraf-paragraf yang berikutnya. Gairah kita akan menjadi semakin terpacu. Sebaliknya, jika paragraf pertamanya sudah jelek, kita tentu jadi malas untuk membuat paragraf yang berikutnya. Itu sebabnya, menurut saya, paragraf pertama adalah unsur yang sangat penting dalam memulai sebuah tulisan. Seperti yang sudah kita tahu bersama, bahwa Hemingway butuh waktu yang sangat lama hanya untuk membuat paragraf pertama, dan setelah paragraf pertama sudah selesai, maka ia akan menulis terus tanpa bisa dihentikan.

Untuk membuat paragraf pertama yang bagus, tentu saja kita harus banyak berlatih. Kita bisa membaca tulisan-tulisan para penulis yang—katakanlah—sudah senior. Kalau perlu, tiru saja sampai sama persis. Setelah itu kita modifikasi dengan gaya kita. Tambal-sulam dengan kalimat-kalimat yang kita punya. Jangan khawatir, tindakan copy the master bukanlah tindakan kriminal. Bahkan penulis yang sudah terkenal pun pernah melakukan hal yang demikian. Saat ini kita sedang tidak berbicara tentang plagiat dan orisinalitas. Saat ini kita sedang belajar menulis. Itu saja.

Macet di Tengah Jalan?

Kalau ditengah jalan tiba-tiba tulisan kita macet, sabar dan tidak usah panik. Barangkali memang sudah saatnya kita untuk berhenti sejenak. Seduh kopi dulu jika kita memang pecandu kopi. Kalau perlu rebus indomie dulu, sebab siapa tahu saja kita sedang lapar. Tapi sejenak saja, jangan- lama-lama. Takutnya nanti kita malah tercerabut dari tulisan kita. Sebab writer’s block sering juga terjadi karena hal ini. Ketika kita rehat terlalu lama, dan ketika kita mencoba untuk menulis kembali, tiba-tiba saja kita jadi bingung untuk melanjutkan tulisan kita itu. Feel kita jadi berbeda. Segala yang kita rasa jadi tak sama. Kita seolah-olah harus memulai lagi dari awal. Hufff..... Kalau terjadi seperti ini, kita bisa membaca tulisan kita itu dari awal, resapi setiap kalimat yang sudah kita tulis, rasakan segala rima yang sudah kita ciptakan, sampai akhirnya feel kita kembali seperti semula dan semangat kita kembali menyala.

Menemukan Jalan Buntu? Turn Off Your Computer!

Jika tulisan kita benar-benar macet dan seolah-olah kita seperti terjebak di jalan buntu dan kita tidak bisa bergerak kemana-mana, padahal segala daya dan upaya sudah kita kerahkan, mungkin memang sudah saatnya untuk segera mematikan layar komputer kita atau menutup buku tulis kita. Buka pintu kamar, dan bermainlah keluar rumah. Tak usah terlalu dipaksakan, yang penting kita sudah berusaha. Sebab, segala sesuatu yang terlalu dipaksakan itu tidak baik. Apa pun itu. Pergilah keluar rumah dan saksikanlah segala peristiwa yang terjadi di sekitar kita: sekumpulan bocah bermain kejar-kejaran, seekor kucing mengeong di pinggir jalan, tukang sayur sedang berjualan, dan lain sebagainya. Semoga saja dengan menyaksikan segala hal yang terjadi di sekeliling kita, energi menulis kita menjadi terpompa kembali. Dan jalan buntu yang semula menghadang kita, akan dengan mudah kita hancurkan.

Sepertinya sekian dulu tulisan ini saya buat. Semoga bermanfaat. Jika kalian memiliki tips-tips yang terlewat oleh saya, alangkah baiknya jika kita saling berbagi. Selamat menulis!

Salam,
Noor H. Dee

Memulai sebuah tulisan

oleh : si tukang tidur

Untuk memulai sebuah tulisan (cerita) memang tidak segampang menyibak gorden jendela. Malah banyak yang bilang bahwa memulai sebuah tulisan itu sulitnya bukan main. Itu bisa dibuktikan jika kita menghadiri acara workshop kepenulisan. Di saat sesi tanya-jawab, pasti ada saja seseorang yang mengangkat tangan kanannya untuk kemudian bertanya, “Bagaimana sih caranya memulai sebuah tulisan?” Padahal, kalau dipikir-pikir, buku-buku tentang kepenulisan itu sudah banyak yang diterbitkan. Arswendo sudah menulis Mengarang itu Gampang, A.S Laksana juga sudah membuat buku Creative Writing, dan masih banyak lagi buku-buku yang serupa dengan itu, tapi—apa boleh buat—sepertinya permasalahan tentang mengawali sebuah tulisan itu memang tidak akan pernah hilang sampai kiamat datang (hehe. Lebay!).

Baiklah, untuk menghindari kalimat basa-basi, di bawah ini akan saya paparkan lima langkah sederhana dalam memulai sebuah tulisan (cerita). Here we go!

Mulailah dengan Dialog
“Hanun, pergilah ke rawa di seberang Bukik Barisan. Biasanya di sana tumbuh aneka bunga. Petiklah setangkai dua tangkai untukku. Rasanya, penat ini terlerai bila memandang bunga-bunga,” pinta Kakek. Matanya mengedip-ngedip pelan, kulit lisutnya mengernyit dan lewat sorotan matanya, Kakek tidak lagi seriang dulu. (Bunga dari Peking, cerpen Zelfeni Wimra)

Mulailah dengan Deskripsi Tokoh

Lelaki tua itu masih berbau rusa dan kaus oblongnya yang lusuh masih menebar bau pembakaran yang tidak sempurna. Sangit.... (Kitab Salah Paham, cerpen Puthut EA)

Mulailah dengan Berita di Koran atau Televisi
Jumlah anak balita kurang gizi di Indonesia sekitar 23 juta. Dampak kurang gizi adalah terhambatnya pertumbuhan otak dan fisik. Begitu melewati usia dua tahun tanpa asupan gizi seimbang, kondisinya tak dapat diperbaiki lagi. Citra CT-scan akan memperlihatkan gambar otak yang tidak padat alias otak kosong.... Bersiaplah memanen generasi yang hilang. Tidak lama, cuma dua dasawarsa lagi. (Kompas, Selasa 11 Oktober 2005)
Rombongan sirkus itu muncul ke kota kami.... (Sirkus, cerpen Agus Noor)

Mulailah dengan Adegan

Ia menulis puisi panjang di depan sebujur tubuh kaku istrinya. Tidak ada kata-kata; mati, kematian dan airmata di dalam puisi itu, yang adalah buah apel, meja makan, dan yang paling banyak adalah: usaha mati-matian. (Kematian Seorang Istri, cerpen Puthut EA)

Seminggu setelah perceraiannya, perempuan itu memasuki sebuah kafe, dan memesan Rembulan dalam Cappucino. Ia datang bersama senja, dan ia harus menunggu malam tiba untuk mendapatkan pesanannya. (Rembulan dalam Cappucino, cerpen Seno Gumira Ajidarma)

Mulailah dengan Seting Tempat

Dalam satu badai rasa jemu, ia terdampar di taman dan duduk di kursi sambil memakan jagung rebus begitu perlahan, sebutir demi sebutir, seolah di butir terakhir ia akan bertemu kematian.... (Cinta Tak Ada Mati, cerpen Eka Kurniawan)

Dari jauh sudah terlihat pohon itu berdiri tegak di tengah padang. Setelah berhari-hari menempuh daerah yang kering kerontang dan terpanggang matahari, pemandangan yang rimbun seperti itulah yang sekarang kubutuhkan.... (Sebatang Pohon di Tengah Padang, cerpen Seno Gumira Ajidarma)

Selesai! Sebenarnya masih banyak lagi tips untuk memulai sebuah cerita. Tapi, di sini saya hanya menampilkan lima cara saja dulu. Cara yang lumayan sering digunakan dan insya Allah mudah dipelajari. Silakan teman-teman coba semuanya, satu persatu. Dengan kita menguasai beberapa cara mengawali tulisan (cerita), semoga kita semua terhindar dari pembukaan cerita yang klise dan sudah ketinggalan zaman seperti, “Pada suatu hari....”, atau “Matahari pagi bersinar indah sekali....”

Oke, terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini sampai selesai. Semoga bermanfaat. Jika kalian ada masukan, tulis komentar di bawah, ya. Senang jika kita bisa berbagi.

Salam,
Noor H. Dee

Tiga Elemen Penulisan Kreatif dalam Blog

by Raditya Dika

Dalam menulis sebuah entry blog yang asyik, kita dapat menggunakan elemen-elemen penulisan kreatif yang kebanyakan dipelajari untuk membuat sebuah karangan fiksi. Di bawah ini saya mencoba untuk memberikan tiga elemen penulisan kreatif yang bisa diaplikasikan dalam membuat sebuah entry blog yang menarik.

1. First Sentences yang Menarik

Let’s face it. Di dalam ranah dunia internet, kita semua somewhat terkena ADD (attention disorder deficit). Pembaca punya attention span yang rendah. Jika mereka tidak suka dengan blog kita mereka bisa dengan mudah langsung pindah ke website lain dengan satu kali klik.

Nah, inilah mengapa kita perlu first sentence yang punya dahsyat di dalam entry kita.

Di dalam dunia perbukuan dan menulis, semua buku yang baik punya first sentences yang engaging untuk membawa pembaca larut ke kalimat-kalimat selanjutnya sampai buku tersebut habis. Di dalam dunia blog, entry Anda juga harus punya first sentences yang cihui agar orang tercantol dalam waktu singkat.

Apa yang terjadi jika Anda tersasar ke sebuah blog dan kalimat pertama yang Anda baca seperti ini:
“Gue pagi ini bangun terus gue mandi. Ke sekolah lagi. Males deh.” Kemungkinan besar, Anda berpikir “Yeah, diary anak sekolahan lagi. Biasa banget. Males ah.” Lantas Anda menutup browser tersebut.

Bandingkan jika Anda tersasar ke sebuah blog dan rangkaian kalimat yang pertama Anda baca seperti ini:
“Untuk pertama kalinya saya akan bercerita tentang sejarah “Seratus” dalam hidup saya. Bukan karena cerita itu teramat penting dan besar, tapi justru karena keremehannya yang luar biasa.”

Saya, begitu membaca first sentences barusan akan berpikir, “Apa sih ‘seratus’ ini? Seberapa remeh dia?” Selanjutnya, saya membaca tulisan tersebut sampai habis. Tulisan yang kedua, saya kutip dari blog Dewi Lestari.

Kecermatan dan kepiawaian kita untuk membuat first sentences yang menarik akan membuat pembaca tergelitik untuk membaca kalimat-kalimat berikutnya. Setelah itu, Anda hanya perlu konsisten untuk membuat kalimat-kalimat berikutnya bisa sebaik kalimat yang pertama Anda buat.

Ingat, tulisan Anda harus punya hook. Anda harus punya sesuatu yang merangsang rasa penasaran sekaligus keinginan pembaca yang tiba-tiba tersasar. Tanyakan ini pada diri Anda sendiri: “Jika gue nyasar ke blog gue sendiri dan ngebaca kalimat pertama ini, gue bakal mau baca sampe abis gak ya?”

2. Buatlah Tulisan yang Ekonomis

Robert McKee, seorang lecturer dalam bidang penulisan, pernah berkata “90% of first drafts is shit”. Ini berarti, kebanyakan, tulisan yang pertama Anda buat pertama kali adalah jelek. Tulisan dalam sebuah first draft adalah tulisan yang tidak terstruktur, patah-patah, dan lepas dari otak Anda begitu saja. Kemungkinan besar, tulisan di draft pertama Anda juga adalah tulisan yang verbosal, yaitu tulisan yang terlalu boros kata-kata dan tidak ekonomis.

Nah, sebelum Anda mengklik tombol “post” itu, coba cek kembali apa yang telah Anda tulis. Apakah penggunaan kalimatnya sudah logis? Cek kembali logika kalimat yang salah. Cek kembali ejaan, atau terminologi yang benar. Bunuh semua kata yang tidak perlu. Tulisan yang baik adalah tulisan yang tight: kencang dan sempit. Perhatikan pacing tiap kalimat. Kata demi kata. Apakah tulisan Anda punya tempo yang enak untuk diikuti? Tulisan yang baik adalah tulisan yang seperti musik, ada tempo teratur, ada jeda untuk menarik napas, ada nada yang mengalir.

Baca kembali first draft Anda sebagai seorang pembaca, cek dulu apakah diksi yang Anda gunakan tidak redundan. Misalnya, Anda menemukan kalimat: “gue pergi ke rumah gue pas adek gue pulang dari kampus malem-malem”, ini jelas redundan. Coret semua kata “gue” hingga kalimatnya lebih efektif dan ekonomis, menjadi: “Gue pergi ke rumah, pas adek pulang dari kampus.”

Seperti yang kebanyakan orang bilang, first draft ditulis hanya untuk “mengeluarkan apa yang ada di kepala”. Draft kedua ditulis untuk “memperbaiki apa yang sudah ditulis.” Dan draft ketiga untuk “membuat tulisannya bersinar”. Jangan terburu-buru dalam menulis sebuah tulisan, buatlah menjadi semenarik mungkin.

3. Menemukan dan Menggunakan Voice Anda Sendiri

Pernahkah Anda mengangkat telepon, dan hanya dari mendengar suara orang tersebut Anda mengenali siapa yang sedang berbicara dengan Anda? Setiap manusia diciptakan dengan warna suara yang berbeda-beda. Apa yang cempreng, ada yang berat/husky, ada yang kayak orang kejepit. Apa pun itu, warna suara dapat membedakan antara satu orang dengan orang yang lain.

Seperti halnya dengan dunia penulisan, setiap penulis yang baik pasti punya “voice”-nya sendiri. Anda tahu bagaimana gaya khas Hilman Hariwijaya dalam menulis. Anda tahu, bagaimana tulisan Gunawan Muhammad ketika Anda membacanya. Atau bahkan, Anda bisa menebak diksi (kosakata) apa yang biasanya ada dalam esai-esai politik Eep Saefuloh Fatah. Gaya menulis Djenar Maesa Ayu, gaya Ayu Utami, mereka punya gaya yang khas. Semua penulis tadi punya voice yang begitu khas sehingga orang tahu, begitu membaca tulisan mereka, itu adalah tulisan mereka.

Cara paling gampang untuk tahu apakah Anda sudah punya voice atau belum: jika ibu Anda membaca tulisan Anda, tanpa diberitahu bahwa itu adalah milik Anda, dan dia bisa bilang, “Wah, ini tulisan anak saya.” Berarti selamat, Anda sudah punya voice.

Voice yang khas membantu kita untuk mendeferensiasikan diri dari penulis yang lain. Dalam menulis blog, voice yang khas juga akan membuat kita terlihat berbeda dari penulis blog-blog yang lain. Punya voice akan memisahkan kita dari “blogger lainnya” menjadi “blogger yang itu tuh, yang tulisan begini nih…”. Ndoro Kakung, misalnya masuk ke dalam contoh blogger yang punya voice yang sangat khas.

Lantas, bagaimana cara menemukan voice kita sendiri? Jawabannya sederhana: banyak membaca dan berlatih. Dengan membaca banyak buku yang ditulis penulis lain, sambil menganalisa-nya, kita akan dengan sendirinya mengadaptasi gaya-gaya mereka untuk memperkuat personality dan voice kita sendiri. Mengadaptasi, tentu saja, bukan berarti mencuri.

Layaknya Nidji yang mengagumi britpop, terutama Coldplay, sampai akhirnya bisa menemukan kekhasan aliran lagu miliknya sendiri, mereka berhasil membuat voice yang khas pada karya-karyanya. Atau layaknya Tohpati yang pada awalnya mendengarkan pilihan-pilihan nada yang dimainkan gitaris John Scofield, pada akhirnya Tohpati memelajari dan mengadaptasi permainan gitar orang lain hingga akhirnya dia menemukan sebuah gaya yang uniquely his.

Pelajari bagaimana kekuatan Haruki Murakami dalam mengkonstruksi sebuah dialog, pelajari narasi Chuck Palahniuk yang minimalistik dan maskulin, pelajari bagaimana Hilman Hariwijaya menggiring orang untuk tertawa. Satukan apa yang telah Anda pelajari, tanamkan dalam-dalam dalam diri Anda, dan keluarkan personality Anda sendiri. Keluarkan voice Anda.

Dengan banyak membaca Anda akan mendapatkan banyak referensi. Di samping itu, dengan banyak berlatih Anda akan tahu cara penyampaian seperti apa yang paling asik untuk Anda. Anda akan memilih diksi yang paling mewakili gaya tulisan Anda. Menulis dan berlatih, dan jadilah berbeda dari orang-orang yang lain.
Tentu saja, tiga elemen di atas hanya sebagian kecil contoh bagaimana kita menggunakan elemen penulisan kreatif untuk membuat postingan blog kita menjadi lebih baik. Masih banyak elemen-elemen lain: komposisi narasi vs dialog, deskripsi yang efektif, setting dan konteks, dan lain-lain.

Hope that helps!

Dua sisi Umar

oleh : Hepi Andi Bastoni

Laporan itu sudah sering didengar Umar. Laporan tentang kinerja gubernur Kufah, Ammar bin Yasir. Tak mau berlama-lama karena khawatir muncul fitnah, Umar bin Khaththab segera memanggil sang gubernur.

Dari laporan yang ia terima, Umar mendapat kabar bahwa sang gubernur tidak mengerti tugasnya sebagai kepala pemerintahan daerah. Ammar dianggap warganya tidak memahami seluk beluk wilayah Kufah dan sekitarnya.

Ketika Ammar datang menghadap, Umar segera mengklarifikasi keluhan masyarakat tersebut. Kepada Ammar, sang Khalifah menanyakan letak beberapa kota yang berdekatan dengan Kufah. Lantaran jawabannya tidak memuaskan, Ammar pun terpaksa meninggalkan jabatannya sebagai Gubernur Kufah. Bagi Umar, pengetahuan tentang suatu daerah bagi seorang pemimpin amatlah penting. Bagaimana ia bisa menentukan kebijakan kalau kondisi dan letak wilayah kepemimpinannya tak ia pahami.

Pada kisah yang dipaparkan oleh Abbas Mahmud al-Aqqad dalam Abqariyatu Umar (Kejeniusan Umar) ini, terdapat pelajaran menarik. Umar juga telah memberikan pelajaran bagaimana mengambil keputusan. Ia tahu persis tingkat keshalihan dan posisi Ammar bin Yasir di kalangan para sahabat Nabi saw. Ammar bin Yasir merupakan sahabat Rasulullah saw yang begitu dekat dengan beliau. Ammarlah yang pertama kali "menyumbangkan" kedua orang tuanya Sumayyah dan Yasir untuk Islam. Kedua orang tuanya gugur menjemput syahid di tangan kafir Quraisy dalam rangka mempertahankan keimanannya.

Rasulullah pun telah menjanjikan surga kepada Yasir dan keluarganya termasuk Ammar. Kemuliaan sahabat Nabi saw yang “menyumbangkan” telinganya pada Perang Yamamah ini sehingga ketika terjadi perselisihan antara Khalid bin Walid dan dirinya, Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang memusuhi Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah. Siapa yang membenci Ammar, maka ia akan dibenci Allah!"

Maka, tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid selain segera mendatangi Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta maaf.

Selain itu, sahabat Nabi yang bertubuh tinggi dengan bahu yang bidang dan bermatanya biru ini adalah sosok yang zuhud dan amat pendiam. Ia tak suka bicara kecuali hal yang penting.

Ibnu Abi Hudzail pernah mengatakan, “Saya melihat Ammar bin Yasir sewaktu menjadi Gubernur Kufah, membeli sayuran di pasar. Ia mengikatnya dengan tali dan memikulnya di atas punggung, lalu membawanya pulang.”

Namun demikian, dengan segala kelebihannya itu, Umar tidak segan-segan memberhentikannya dari jabatan gubernur. Bagi Umar, jabatan bukanlah anugerah, tapi amanah. Umarlah yang menunjuk Ammar untuk menjabat Gubernur Kufah. Maka, kalau terjadi apa-apa, dia juga bertanggung jawab.

Ini pelajaran berharga bagi para pemimpin. Bahwa, sikap tegas dan berani bertindak harus dilakukan apa pun kondisinya. Kalau lantaran Ammar tak menguasai wilayah kepemimpinannya, Umar berani memberhentikannya, apalagi kalau mereka yang cacat moral, tidak profesional dan abai terhadap aturan yang telah ditetapkan. Merupakan hak seorang pemimpin untuk menindak anak buahnya yang tak layak memegang jabatan.

Di sisi lain, keberanian Umar menindak Gubernur Ammar dilandasi oleh kinerjanya dan kemampuannya sendiri. Ia berani memberhentikan Ammar karena Umar sendiri punya kemampuan luar biasa. Karenanya, tidak benar jika ada yang mengatakan, Umar tak menguasai pengetahuan yang dapat menunjang kepemimpinannya menangani wilayah kedaulatan Islam.

Sebagaimana juga tidak benar kalau ada yang mengatakan Umar tak memahami perhitungan matematis. Di masa Jahiliyah, Umar adalah seorang pedagang. Ia pun sudah terbiasa mengutus pasukan perang dengan perhitungan secara matematika dengan baik. Salah satu buktinya, dipaparkan oleh Abbas Mahmud al-Aqqad ini terjadi saat Abu Hurairah membawa harta rampasan perang dari Hajar dan Bahrain.

“Berapa harta yang kau bawa?” tanya Umar.

“Lima ratus ribu dirham,” jawab Abu Hurairah.

“Apakah engkau tahu jumlah sebesar itu?” tanya Umar.

“Seratus ribu ditambah seratus ribu sampai lima kali,” jawab Abu Hurairah mantap.

“Kau mengantuk. Sebaiknya engkau pulang dulu, besok kembali lagi ke sini,” tandas Umar.

Kisah tersebut oleh sebagian kalangan yang ingin membuat citra buruk Umar digunakan sebagai legimitasi bahwa sang Khalifah tak mengerti hitungan-hitungan. Padahal, sejak diangkat menjadi khalifah, Umar senantiasa melakukan perhitungan cermat mengenai jumlah tentara dan harta kaum Muslimin. Ungkapannya kepada Abu Hurairah dalam dialog di atas adalah ucapan syukur betapa besarnya harta rampasan perang yang mereka peroleh.

Pada diri Umar benar-benar terangkum dua pribadi yang berlawanan. Di satu sisi Umar dikenal dengan ketegasannya dan keberaniannya, yang juga ditunjang oleh kekuatan fisiknya. Hal ini tak mengherankan karena sejak kecil ia senang dengan beragam olahraga. Ia gemar melakukan gulat dan pacuan kuda.

Dalam suratnya kepada para gubernur, Umar pernah menyarankan mereka agar memasyarakatkan olahraga. “Ajarkanlah kepada anak-anak kalian berenang dan menunjukkan sikap jantan. Tunjukkan pula teladan yang baik melalui kata-kata indah. Kekuatan tidak akan melemah selama kita masih menempa diri dengan berolahraga, baik memanah, pacuan kuda tanpa pelana, maupun olahraga lain,” ujar Umar dalam suratnya.

Di satu sisi, dalam diri Umar tumbuh cinta kasih dan sayang. Hal ini disebabkan lantaran Umar dikenal sebagai sosok yang mengagumi keindahan dan seni. Ketika berpidato, pengucapan kata-katanya sangat jelas, jernih dan mudah dipahami. Pilihan kalimatnya penuh dengan kata-kata indah. Suaranya yang tenor mampu mengeluarkan vokal yang jernih dan indah.

Kepiawaian Umar bin Khaththab merangkai kata-kata indah, diakui banyak orang. Namun untuk menyebut Umar sebagai penyair, mereka berbeda pendapat. Asy-Sya’bi pernah berkomentar, “Umar adalah seorang penyair.”

Namun dengan segenap tawadhu, Umar menyangkal kalau dirinya penyair. “Seandainya aku seorang penyair, akan kurangkai kata-kata puitis tentang kematian saudaraku, Zaid bin Khaththab,” ujar Umar.

Tapi di sisi lain, Umar menyadari kepandaiannya berorasi. “Andai aku bukan khalifah, mungkin aku menjadi ahli pidato,” ungkap Umar.

Dua sisi berlawanan inilah yang melekat pada diri Umar dan menjadi modalnya menjalankan amanah.

Membendung Stigma

oleh : Asep sobari

Ketakutan akan terberangusnya berbagai kepentingan bukan satu-satunya alasan yang mendorong pihak yang ‘kuat’ dan berkuasa untuk melancarkan stigma kepada lawan. Stigma juga dipicu faktor lain yang sangat mendasar, yaitu kelemahan. Bukan kelemahan kedudukan dan infra-struktur, karena mereka berkuasa, tapi kelemahan argumentasi.


Stigma dilancarkan oleh mereka yang miskin ideologi dan pemikiran. Mereka menganut nilai-nilai hidup yang rapuh dan usang, sehingga sudah selayaknya disimpan sebagai tambahan koleksi museum-museum peradaban. Kelemahan inilah yang membuat mereka tidak sanggup bertahan dari gempuran pemikiran-pemikiran segar nan dinamis yang dibangun di atas ideologi dan nilai-nilai hidup yang kokoh. Tapi, sekali lagi, mereka berkuasa dan mengendalikan struktur, sehingga segera menutupi kelemahan itu dengan stigma yang tidak jarang berujung kekerasan.

Simak dialog Musa as dengan Fir`aun yang dituturkan cukup detail dalam surah asy-Syu`ara’, mulai ayat 16 dan seterusnya. Dengan tegar, Musa memaparkan konsep ketuhanan yang diterimanaya dari wahyu untuk membungkam klaim ketuhanan Fir`aun. Musa juga mendobrak keangkuhan Fir`aun yang enggan mengakui kezalimannya terhadap rakyat banyak dari Bani Israil hanya karena merasa telah ‘berbaik hati’ mengasuh Musa hingga dewasa di dalam istana. Fir`aun jelas tersudut. Tapi, bukan argumentasi bantahan yang muncul dari mulutnya, melainkan stigma, “Dia benar-benar sinting!” (QS asy-Syu`ara’: 27). Dan ketika Musa menunjukkan bukti-bukti kerasulannya yang tidak terbantahkan, Fir`aun semakin kalang kabut, “Dia benar-benar ahli sihir!” (QS asy-Syu`ara’: 34).

Di masa Rasulullah saw, Quraisy melakukan hal yang sama. Quraisy tidak pernah sanggup membantah kewahyuan al-Qur’an. Bahkan pengakuan yang beredar di antara sesama mereka menunjukkan sebaliknya, “Demi Allah, aku mendengar sesuatu yang tiada tandingnya. Demi Allah, ia bukan puisi, bukan sihir dan bukan pula mantera dukun!” kata Utbah bin Rabi`ah. Kalimat yang mirip juga dinyatakan Walid bin Mughirah. Uniknya, musuh terbesar Islam kala itu, Abu Jahal bin Hisyam tidak dapat menyembunyikan ketertarikannya pada al-Qur’an. Abu Jahal beberapa kali mengendap-endap di malam hari dekat rumah Rasulullah untuk mendengar ayat-ayat al-Qur’an yang dibacanya. Demikian penuturan Ibnu Ishaq dalam as-Sirah dan Ibnu Katsir dalam al-Bidayah.

Stigma miring jelas membuat Rasulullah saw dan para sahabat tersudutkan. Mereka menjadi tertuduh dan ruang gerak dakwah semakin sempit. Lantas, apa yang dilakukan generasi awal itu untuk membendung badai stigma yang menghantam mereka? Jika mencermati literatur-literatur sirah, maka akan didapati kenyataan yang sangat menarik. Untuk mematahkan stigma tersebut, Rasulullah tidak banyak mengumbar pernyataan-pernyataan verbal, tapi menempuh upaya-upaya konkret yang membuktikan kebenaran Islam.

Selama fase awal gerakan dakwah di Makkah, perhatian Rasulullah lebih terfokus pembinaan para sahabat dengan menanamkan nilai-nilai dan pandangan hidup Islam, setelah membersihkan (tazkiyah) mereka dari pandangan hidup jahiliyah. Inilah proses yang disebut Jaudat Sa`id dalam Hatta yughayyiru ma bi-anfusihim sebagai taghyir ma bil anfus atau perubahan pemikiran dan keyakinan, yang mendasari perubahan karakter dan perilaku.

Tampaknya, Rasulullah memandang tahap ini sangat fundamental dan menentukan. Bagaimana tidak, inilah tahap pembibitan yang akan melahirkan model ideal masyarakat Muslim sepanjang masa, as-sabiqunal awwalun. Untuk itu, Rasulullah mengiringinya dengan langkah-langkah yang sangat ketat; para sahabat tidak diizinkan menyatakan keislamannya secara terbuka, membuat pusat dakwah tertutup (Darul Arqam), dan menghindari benturan fisik dengan Quraisy.

Ini berarti, yang dilakukan Rasulullah saw kala itu adalah melahirkan masyarakat Muslim yang sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai dan ajaran Islam, sehingga stigma dan tudingan miring yang dilancarkan Quraisy tidak mendapatkan pembenaran sedikit pun. Kaum Muslim menjadi hujjah (argumentasi) kebenaran Islam yang dengan mudah dapat dilihat dan dirasakan oleh siapa pun.

Memang, pencapaian ini tidak akan serta merta meluluhkan arogansi orang-orang semisal Abu Jahal, Uqbah bin Abi Mu`aith, Umayyah bin Khalaf dan lain-lain. Tapi, di luar sana banyak potensi yang sebenarnya jauh lebih besar dan menentukan di masa akan datang seperti Hamzah, Umar bin Khathtab, Thufail bin Amr yang melihat stigma hanyalah ilusi dan senjata orang yang lemah.

Belajar Syahadat dari para Syuhada

oleh : Herry Nurdi

allama Mohammad Iqbal pernah berkata, “Aku beritahu kamu, tanda-tanda orang beriman. Ketika kematian datang, dia akan menyambutnya dengan senyuman.

Saya mengingat kata-kata Mohammad Iqbal ini ketika menerima dan melihat foto jenazah Mahmoud al Mabhouh. Ada luka-luka di wajahnya. Ada bekas jeratan tali yang mencekik lehernya. Bahkan hidungnya memar, mungkin juga patah. Tapi luka-luka itu semua, terkalahkan dengan sesungging senyuman yang muncul di bibirnya.

Saya tak bisa membayangkan, apa yang dialaminya pada detik-detik terakhir dengan luka-luka seperti itu. Bahkan dalam sebuah berita, saya membaca tentang bekas luka-luka akibat sengatan listrik di kepalanya. Jika dengan segala bekas luka itu, jeratan di leher, memar di hidung, sengatan listrik di kepala, bagaimana dia bisa tersenyum di penghabisan umurnya?

Bagaimana senyum itu muncul dan mengatasi segala rasa sakit yang ada? Nalar memang kerap kali tak bisa menerjemah. Termasuk tentang fenomena kecil, senyuman dibibir jenazah syuhada (insya Allah) Mahmoud al Mabhouh.

Ustadz Samson Rahman, memberikan komentar ketika foto senyum terakhir Mahmoud al Mabhouh ini saya posting ke halaman facebook saya. ”Menjadi syuhada itu karunia. Maka kuatkanlah tekad kita!”

Ustadz Samson Rahman, banyak orang mengenalnya sebagai salah satu penerjemah terbaik materi-materi dakwah dari bahasa Arab ke Indonesia. Salah satu terjemahan terbaik yang pernah disumbangkannya adalah, La Tahzan karya Dr Aidh al Qarni. Tapi tak banyak yang mengetahui bahwa Ustadz Samson Rahman yang berdarah Madura ini adalah satu dari sedikit orang yang menjadi saksi kematian Abdullah Azzam ketika dibom di Pakistan pada tahun 1989.

Bom seberat 20 kilogram itu ditanam di sebuah gang yang akan dilalui oleh asy Syahid Abdullah Azzam. Beliau meninggal, tubuhnya terlempar dan tersandar di dinding gang. Tubuh anaknya, hancur. Bahkan potongan tubuhnya tersangkut di atas tiang listrik.

Saya mendengar kisah ini bertahun-tahun silam dari Ustadz Samson Rahman. Dan ketika beliau menuliskan komentarnya di facebook, bahwa syuhada itu adalah karunia, maka pahamlah saya mengapa jenazah Mahmoud al Mabhouh menyungging senyuman.

Bagaimana tidak!? Dia sedang memperoleh anugera besar. Tentu saja, ada sebab yang membuatnya tersenyum dan melupakan penderitaan yang dirasakan badan. Seketika saya ingat salah satu kemuliaan yang direkam Allah dalam salah satu ayat-Nya:

”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS At Taubah: 111)

Duhai, badan dan umur, nalar dan perasaan, jawablah pertanyaan yang kuajukan. Siapa yang lebih menepati janji dibanding Allah SWT? Sungguh, Allah adalah sebaik-baiknya pembuat janji. Dan dalam janji-Nya, Dia berikrar akan membela diri dan harta, setiap orang yang berjuang di jalannya dengan surga. Maka, rasa sakit manakah yang mampu menahan senyum untuk tak tersungging ketika jiwa dan harta kita dibeli dengan balasan yang sangat tinggi.

Syaikh Abdullah Azzam pernah berkata pada dirinya sendiri dan kepada anak dan istrinya. Bahwa ia telah berjanji, akan menjadikan urusan jihad sebagai urusan dalam rumah tangganya. Jihad adalah urusannya sebagai ayah. Jihad adalah urusan istrinya sebagai ibu dan permaisuri. Jihad adalah urusan anak-anak yang dilahirkan oleh rahim mulia ke bumi.

Tiba-tiba saya merasakan ngilu yang luar biasa di dalam dada. Di mana letak dan posisi saya di depan kata yang sangat mulia itu, ”Jihad.” Dimana letak dan posisi kita semua dalam di depan kata yang penuh dengan kebesaran itu?

Kita masih terlalu sering mengeluh tentang urusan dunia, bahkan pada hal-hal yang tak penting sama sekali. Tentang macet di jalan yang entah habis sampai kapan. Tentang cuaca yang mudah berubah, sebentar panas, sebenar hujan. Tentang rasa asin yang terlalu pekat dalam makanan. Tentang pundak yang letih karena bermain games atau chatting seharian. Kita mengeluhkan banyak hal yang tak ada kaitannya dengan derajat mulia seorang pejuang.

Padahal, Commander al Khattab, salah seorang pejuang legendaris Chechnya pernah berkata pada kawan-kawan seperjuangannya. ”Hidup adalah perjuangan. Dan perjuangan yang paling mulia adalah perjuangan di jalan Allah SWT. Jangan mati karena urusan dunia,” tandasnya.

Mudah-mudahan dunia tidak menyita waktu dan hidup kita. Dan mudah-mudahan semua yang kita lakukan bernilai jihad dan ibadah. Paling tidak, tidak terhitung sia-sia.

Tapi ketika saya menghibur diri dengan kalimat seperti di atas, saya teringat perkataan salah seorang pejuang yang lainnya. Sayyid Quthb. Tokoh yang dianggap sebagai bapaknya radikalisme dalam Islam ini pernah berucap, ”Kata-kata tidak akan berarti apa-apa. Tidak memiliki ruh dan tenaga. Sampai, yang mengucapkan kata-kata berani memberikan nyawa dan badannya pada kata-kata yang dianggapnya benar sebagai bentuk pelaksanaan perjuangan.”

Sudahkah kita mempertaruhkan seluruh hidup kita untuk kata-kata yang benar? Ini menjadi pertanyaan lain yang harus kita berikan jawaban. Dan itu pula yang diberikan Sayyid Quthb ketika algojo memintanya mengucapkan syahadat sebelum mengakhiri umur di tiang gantungan. ”Kau tahu mengapa aku berdiri di tiang gantungan? Karena aku bulan lagi bersyahadat dengan lidah dan kata-kata. Aku telah bersyahadat dengan hidupku!” Begitu kata Sayyid Quthb lantang, menolak perintah algojo yang memintanya bersyahadat dengan lisan.

Kita, sudah sejauh apa syahadat yang kita ucapkan? Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita, untuk tidak sekadar bersyahadat dengan lisan dan kata-kata, tapi juga dengan jiwa dan raga. Am