Kumasuki ruangan itu, kucari sosok yang sangat kurindukan. Ada banyak orang sedang berkumpul disana, mereka saudara- saudarku.
ada apa ini, kenapa banyak orang disini? perasaanku mulai khawatir. Semua yang berada di ruangan itu seakan menatapku dengan penuh haru, namun lidahku keluh untuk bertanya. kupandangi wajah mereka satu persatu. Ayahku, kakaku, adikku, dan saudara-saudaraku..semuanya menampakan kesedihan.
Tak sanggup aku menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, langsung saja kulangkahkan kakiku menuju kamar ibu. Dengan perasaan getir kumasuki kamar ibu,
"ibu.." batinku.
Kulihat sosok yang sangat kurindukan itu sedang terbaring lemah tidak berdaya, di temani beberapa saudara-saudaraku. Kakiku mulai lemas, hatiku semakin getir melihat sosok yang sangat aku rindukan itu.. kupandangi wajahnya, masih teduh dan bijak seperti dulu, meski usia telah senja tapi ibu tidak terlihat tua, hanya saja saat ini ibu terlihat lemah.
Aku berlutut di sisi pembaringannya, "Ibu....aku datang...ibu.." gemetar bibirku memanggilnya. kuraih tangan ibu, tangan yang sudah lama tidak aku sentuh. Perlahan kudekapkan di dadaku. Ketika kucium tangannya, butiran air tak kuasa kutahan, basah tangan ibu dengan air mataku. Dekapanku semakin kuat seiring tangisku yang mulai pecah. "ibu........hiks...hiks..!!"
" astagfirulloh..!" tiba- tiba aku terjaga, jantungku berdetak tidak karuan, dan badanku berkeringat. Kulihat jam di hapeku, pukul 03.00 Wib
." ya Allah, ternyata tadi itu cuma mimpi.."
Kunyalakan lampu kamar, kemudian menuju dapur mengambil sebotol air di kulkas, rasanya tenggorokanku tersendat...
Setelah mimpi itu, rasanya semua rasa kantukku hilang, keinginanku untuk tidur pun sirna. Padahal aku baru tidur dua jam yang lalu, tugas kuliah lah yang membuatku harus begadang..
" Ibu.." desahku menatap sebuah binkai mungil yang terpajang di dinding kamarku. sebuah bingkai mungil berwarna coklat yang menghiasi gambar wanita keturunan Arab setengah tua yang sedang tersenyum tulus di balik jilbab ungunya.
hatiku terasa perih mengingat mimpi yang baru saja aku alami, sungguh sangat menakutkan.
"ahh..sial !!" dengan kesal kuletakan hapeku,
" jam segini konter pulsa belum pada buka, dasar anak durhaka..kemana saja aku selama ini!!" batinku kesal. Sudah cukup lama aku tidak menghubungi ibu, biasanya seminggu sekali aku selalu menghubunginya, menanyakan kabarnya, dan kadang- kadang aku selalu curhat sama ibu, tentang hari-hariku dan semua permasalahanku di jakarta yang semuanya itu hanya bisa aku ceritakan sama ibu. Aku sendiri di Jakarta. Semua keluargaku hijrah ke Ternate, kampung halamanku.
Dan saat ini, aku seperti merasa menjadi "anak mandiri".
" udah deh bu..ga usah khawatir sama aku di Jakarta.Aku bisa jaga diri koq.." Begitu balasku ketika ibu memberikan perhatiannya padaku. Aku merasa bisa melakukan semuanya tanpa ibu,
”mandiri"
kata itu lah yang selalu ingin aku buktikan pada Ibu, bahwa aku bukan lagi anak kecil yang selalu dituntun oleh ibu. Aku sudah bisa hidup sendiri.
Dengan sikap sudah merasa mandiri itulah, makanya sudah tidak lagi kuperhatikan sms-sms perhatian yang selalu ibu kirimkan kepadaku,
" ical, jangan lupa makan.."
" kamu disana sehat- sehat aja kan. kalo sakit jangan lupa hubungi ibu.."
" kamu masih suka begadang ya, inget cal, kamu disana sendirian nanti kalo sakit siapa yang ngerawat.."
" ibu dengar disana lagi musim hujan,,jaga kesehatan ya.."
Semua sms-sms perhatian itu, yang ibu kirimkan kepadaku.Hanya memenuhi inbox message di hapeku, tidak pernah sekali pun aku balas.Bahkan untuk mengucapkan terima kasih pada ibu pun tidak pernah. Sibuk , tidak ada pulsa, hape nya rusak..selalu menjadi alasan klasikku ketika ibu menanyakan kenapa aku tidak menghubungi Ibu.
"bagaimana ya keadaan Ibu disana?" bisikku lemah pada bingkai itu. Hatiku diliputi perasaan rindu. Ingin rasanya aku menghubungi ibu sekarang juga, namun tidak bisa.
Akhirnya kularutkan rasa rinduku di atas sajadah panjang,
dengan lirih kupanjatkan doa tulusku untuknya,
"Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan
atau kesusahan yang mereka deritakan kerana aku
atau hilangnya sesuatu hak mereka kerana perbuatanku
jadikanlah itu semua penyebab susutnya
dosa-dosa mereka dan bertambahnya pahala kebaikan
mereka dengan perkenan-Mu ya Allah
hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan dengan
kebaikan berlipat ganda..."
maka pagi itu,
aku hubungi wanita yang sangat aku rindukan itu, ibu...
" hallo...asslmkumm..."
"walaikumsalam..ada apa cal?" jawab orang di ujung telpon sana, kakaku.
"pa kabar ka...ada ibu ngga?"
" tumben lo nanyain kabar gue sama ibu..kirain udah lupa??" ujar kakaku heran
"hehe..maaf ka"
" gimana kuliah lo..udah lulus belum?"
" ya belum lahh...ngga mungkin kalo aku lulus kaka sama ibu ngga tau?"
"yaahh..kirain si anak mandiri ini udah ngga butuh kita lagi?"
"nnga ka..." jawabku lirih. perkataannya semakin membuatku merasa bersalah.
"ya udah, lo mau ngomong sama ibu"
"iy...ibu sehat kan?"
"iya, dia selalu mikirin loe tau,,tunggu ya, gue kebalakang dulu manggil ibu.."
kemudian suara kakak menghilang.
Saat sedang menunggu ibu di telepon, tiba- tiba aku teringat dengan mimpi semalam. Mimpi yang membuat aku sadar, bahwa aku masih diberikan kesempatan untuk berbakti kepada ibu, sebelum semuanya terlambat...
"aku ngga ingin kehilangan ibu,, sebelum aku bisa membahagiakan dirinya,,"
Berapapun Sisa Hidupmu Yang Berarti.
Jangan Sampai Musnah Diujung Belati.
Berapapun Luka Hidupmu Yang Terukir..
Masih Ada Darah Bundamu Yang Mengalir..
Kembalilah Dalam Pelukan Sejuk Sang Ibu..
Sudut Hatimu Yang Lugu Sudah Tertipu..
Telaga Hati Ibu Masih Sebening Embun....
Untuk yang selalu menjadi mutiara di hatiku,
Ibuku Tercinta...Love U forever..
Aqil El- Banna