Itulah yang kurasakan malam ini.
Ketika semuanya telah berakhir. Sebuah pilihan yang harus diambil. Mengakhiri atau merasakan…
Dan ketika mengakhiri adalah pilihannya. Dengan sebuah takdir yang menyadarkan. Ada perasan bebas. Terbebas dari perasaan yang membelenggu,
Namun..ada pula yang tersembunyi disana. Masih berbekas di hati. Perasaan yang pernah mengguncangkan dinding jiwa ini. Getaran aneh yang selalu terdengar saat itu. Dan malam ini, terdengar lagi, walau sayup- sayup. Sesak sekali hatiku dengan rasa rindu ini..
“kenapa aku jadi ingat dia.??.” batinku dalam sebuah kesunyian.
Entah kenapa malam ini terasa sangat sunyi. Tiba- tiba kesunyian ini membuat aku teringat pada seseorang. Seseorang yang dulu pernah mengisi hari- hariku .
“Syafiyah ..” tiba- tiba muncul sebuah nama, bergetar lagi hatiku ketika menyebut nama itu. Tak kuasa memoriku mengantarkanku ke masa itu.
***
Enam bulan yang lalu
“ka, aku boleh ngomong sesuatu ga?” berkata perlahan gadis berjilbab anggun itu. wajahnya yang manis tertunduk tepat di hadapan ku, di sebuah taman kota. Hari itu kupenuhi panggilannya. Tak biasanya kami bertemu seperti ini, berdua saja.
Tak ada penjelasan dalam pesannya yang singkat.
Assalamu’alaikum,
Hari ini aku pengen ketemu kaka,
Aku tunggu di taman zahra sekarang. Penting!
Walaikumslm,
Ketemu??
Lama aku menunggu jawaban darinya. Biasanya tak selama ini aku menunggu. Dia selalu membalas SMSku dengan segera. Aku selalu tersenyum saat membacanya, menatap kata- katanya yang selalu jenaka, lucu, narsis dan terkadang tak malu menunjukkan kemanjaannya padaku. Tapi kali ini SMSnya terlihat beda..
Aku mohon kaka datang..
Akhirnya tiba jawaban itu. Tapi tak dijawabnya pertanyaanku, hanya memohon. “ sepertinya ini serius” gumam ku yang merasa ada yang aneh ketika membaca SMS itu. Tidak seperti hari- hari biasanya dia seperti ini. Dia tidak pernah menyembunyikan sesuatu, pasti selalu diceritakannya padaku kalau ada masalah. Dan biasanya dia hanya bercerita melalui telephon, hampir tidak pernah menceritakannya langsung padaku, apalagi ngajak ketemuan seperti ini.
Dengan jauhnya jarak kami terbentang, sebenarnya tidak jauh- jauh amat sih. Hanya tidak pernah bertemu saja, paling hanya sekilas berpapasan itu pun kami tak berani saling menyapa( kenapa?), entahlah. Mungkin karena kami takut dibilang “deket”. Padahal emang udah “deket" walaupun jarang bertemu.
Sudah lama aku mengenal dirinya. Namun hanya sebatas mengenalnya lewat suara. Lewat SMS yang selalu dikirimkannya padaku, lewat obrolan kita ( obrolan jarak jauh ), lewat curahan hatinya padaku, lewat candaannya, lewat…perhatiannya padaku.
***
“tumben mau ketemuan..mau curhat ya, kenapa ngga lewat telp aja Fiyah?.” Tanyaku menyapanya dengan panggilan “khas”ku kepadanya mencoba mencairkan suasana tapi dia masih saja tertunduk, sesekali memainkan ujung jilbabnya dengan tangan. Suasana taman di siang hari saat itu dalam keadaan sunyi.
“ngga bisa ka, ini masalah serius..” akhirnya terlihatnya juga matanya yang bulat indah itu, yang dari tadi hanya menatap kebawah. Baru kali ini aku bisa menatapnya lebih dekat. Tapi ada yang bergetar di mata indah itu.
“ masalah serius?..”
“ kakak tahukan, di rumahaku lagi ada tamu..”
“ O.. teman ayahmu itu ya, yang kamu ceritain kemarin” gumamku menebak. Dia memang sudah cerita padaku kalau di rumahnya sedang ada tamu yang datang dari kampung. Mereka adalah teman ayahnya di kampung. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu, sejak ayahnya bekerja dan menikahi ibunya. Kemudian menetap di Jakarta. Maka sejak itulah ayahnya tidak pernah pulang ke kampung halamanya. Teman ayahnya itu datang bersama istri dan anak laki- lakinya, anak laki- lakinya itu seumuran dengan Fiyah, dia baru saja lulus SMA.
“ kaka tahu, apa yang mereka bicarakan dengan kedua orang tuaku “ lagi- lagi wajahnya yang manis itu tertunduk, tampak raut kesedihan disana.
“ memangnya apa yang dibicarakan?”
“ mereka..” suaranya tertahan. Dadanya bergetar, terdengar isakan.
Semilir angin taman yang sejuk seakan menghentikan kata- katanya. Angin taman saat itu bertiup cukup kencang, suara dahan pohon yang bergerak- gerak, kicauan burung gereja yang berterbangan di pohon, semuanya itu seakan sedang menunggu apa yang ingin dikatakan akhwat berjilbab biru itu. jilbabnya yang anggun itu melambai- lambai di terpa angin, namun Fiyah tetap diam..
“ sebenarnya ada apa Fiyah?”
“aku NGGA MAU KA..hiks..hiks..!!” tiba-tiba isakannya terdengar jelas, keluar butiran air dari matanya yang indah.
“ ga mau apa?” aku masih belum memahami tentang kesedihannya itu.Sepertinya dia berat mengungkapkannya.
“HIKS..HIKS..” kini dia benar- benar nangis, dadanya sesenggukan. Hembusan angin di taman tak mampu menghapus air matanya. Aku pun hanya termenung di hadapannya.
“kamu cerita aja Fiyah..” kuberikan sapu tangan padanya, aku tak tahan melihatnya terus terisak. Aku ga ingin melihat wajah yang manis itu sedih. Membuat hatiku merasa aneh.
“ aku ga mau dijodohin ka..”
“Dijodohin..??” terkejut aku mendengar perkataannya itu. hatiku pun mulai resah, entah kenapa. Kini aku paham akan kesedihannya.
***
Setelah dia
menceritakan semuanya, tentang kesedihannya hari ini. Kalau dia telah dijodohkan oleh orang tuanya. Dengan anak teman ayahnya. Dan mereka datang untuk membicarakan tentang perjodohan itu, perjodohan yang tidak pernah dibicarakan dengan dirinya.“bulan depan acara pernikahannya , aku harus bagaimana ka? ” Tanya gadis berjilbab yang dari tadi menunjukkan kegundahan hatinya, dia tidak ingin dijodohkan oleh orang tuanya, tapi dia tidak sanggup menolak.
“ka…” dia memanggilku yang masih mematung, kini giliran aku yang terdiam tak bersuara. Aku sendiri pun tidak tahu apa yang harus aku katakan padanya. Biasanya aku selalu bisa memberinya jawaban untuk setiap masalah yang dihadapinya, dan dia selalu terbuka padaku. Aku sudah menjadi tempat curhat bagi dirinya. Tapi untuk hari ini, untuk masalah ini. aku tak bisa berkata apa- apa.... Nothing
“ bulan depan..kenapa secepat itu??” batinku bertanya- tanya dalam hati.
“ka, koq diam sih? Jawab ka aku harus bagaimana?"
“ hmm..emangnya kenapa kalau kamu dijodohkan?? Aku berusaha tenang,,
“ tapi ka..”
“ aku yakin, pasti orang tua kamu ingin memberikan yang terbaik buat kamu” tiba- tiba saja aku mengatakan itu. Mencoba bijak, tapi ada riak kecil disana, di hatiku..
“aku ngga mau..”
“kenapa ngga mau?”
“karena aku..” kata- katanya terputus, kemudian matanya menatap lurus ke arahku.
“ kenapa?”
“ aku hanya ingin menikah dengan orang yang aku cintai”
***
Sejak pertemuan di taman itu, aku sadar bahwa selama ini apa yang aku jalanin telah menyeretku dan menyeret dirinya dalam sebuah perasaan yang sama, namun kami tak berani mengakui perasaan itu. karena sebenarnya kami tahu bahwa perasaan itu, perasaan saling mencintai, belum berhak kami rasakan.
Sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan
Panjang lebar.
Namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada
Keteranganku sendiri,
Meskipun lidahku telah mampu menguraikannya
Dengan terang.
Namun tanpa lidah,
Cinta ternyata lebih terang
Dalam menguraikan cinta,
Akal terbaring tak berdaya
Bagaikan keledai terbaring dalam Lumpur
Aku merasa bersalah dengan perasaan ini, aku telah menghianati prinsipku sendiri. Prinsip yang harusnya aku pegang erat justru aku khianati. Dan kini, setelah dia sudah pergi, bersama laki- laki pilihan orang tuanya. Aku merasa sudah saatnya diriku melupakannya. Aku tak boleh berharap lagi padanya, karena dia sudah menemukan jodohnya.
Entah kenapa semakin aku ingin melupakannya. Rasa rindu itu semakin terasa. Seperti yang kualami malam ini, dalam kesendirianku rasa rindu itu begitu menyiksa diriku. Kenangan- kenangan itu terus menghantui pikiranku.
“ oh, Fiyah..kenapa setelah kini kau jauh, aku semakin sulit melupakanmu.”
“ ya rabb, hamba tahu ini salah…” tak terasa air mata ini jatuh, meneyesali kelemahan hati ini.
Di dalam keheningan malam yang menyiksa batinku itu, tiba- tiba suara handphoneku berbunyi, tanda SMS masuk…
Dari seorang sahabat, ada sebuah getaran di hatiku ketika membaca SMS itu, getaran yang berbeda dari yang sebelumnya.
"Barang siapa yang jatuh cinta, lalu tetap menjaga kesucian dirinya, menyembunyikan rasa
cintanya, dan bersabar hingga mati, maka dia mati sebagai syahid..tetap semangat ya Bro!!!"
Kupersembahkan buat mereka-mereka yang rumit dengan perasaaannya.
Semangat kak mursalim...
BalasHapusInsyaAllah... Jodoh mu kelak akan senantiasa siap untuk selalu bersamamu...
*bila doa ini terkabulkan...
Ya Allah...
Segerakan dekatkan kak ical pdaku....
#jngn ilang2an...
Cemasss...
My S....
Cimile..*,*