Selasa, 20 November 2012

Penghianat



Assalamu’alaikum…

Menulis..menulis..menulis..

Kata-kata itu belakangan ini menjadi tranding topic di otakku, setidaknya menjadi tranding topic kembali setelah beberapa lama topic itu menghilang dari peredaran hidupku.  Karena memang ‘menulis’ ini sudah jauh-jauh hari (bahkan tahun) jadi perbincangan diriku sendiri. Sejak aku memilih menjadikan ‘menulis’ menjadi pilihan hidupku.  Namun tidak semudah itu merubah sesuatu yang disukai, atau orang menyebutnya hobi menjadi pilihan hidup.  Sama tidak mudahnya ketika kita harus menemukan pilihan hidup itu sendiri.  Tetapi ada yang lebih tidak mudah dari semua itu, yaitu menjalani pilihan hidup kita dengan konsisten.  Setiap orang punya banyak keinginan, ada orang yang bisa menikmati semua keinginannya, namun ada orang yang tidak punya kesempatan untuk menikmati keinginan tersebut. Orang yang tidak punya kesempatan untuk memenuhi semua keinginan tersebut maka dia harus memilih. Memilih satu atau sebagian keinginan.  Dan pilihan hanya akan menjadi pilihan jika tidak dijalankan dengan konsisten.

Aku memilih untuk menulis,

Alhamdulillah aku sudah punya pilihan hidup, bahagianya akuu..etss, tunggu dulu ! Apakah aku bener bahagia?? Harusnya bahagia dong, tapi kok rasa-rasanya ada yang mengganjal disni ( ngelus dada),  aku merasa telah menghianati diriku sendiri. Dan diri yang terkhianat tidak akan bisa merasakan kebahagiaan.  Tidak menjalani pilihan hidup ini dengan konsisten bagi aku adalah salah satu bentuk pengkhianatan.  Aku telah berkhianat dengan tidak menulis sejak beberapa bulan lamanya. Tidak ada kata maaf bagi seorang penghianat kecuali menepati janjinya.
Tepatilah janjimu wahai diri. Menulislah dengan konsisten, hanya itu yang bisa menebus penghianatanmu itu..

Wassalam,
jakarta, 20 Nonember 2012

Aqil Elbanna


Tidak ada komentar:

Posting Komentar